Malang Raya
Mahasiswa Unisma Bikin Fermentansi Sayuran untuk Makanan Kelinci
Limbah sayuran Pasar Landungsaridimanfaatkan oleh mahasiswa Universitas Islam Malang (Unisma) menjadi sayuran fermentasi buat kelinci
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM, LOWOKWARU - Limbah sayuran yang dibuang pedagang Pasar Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang dimanfaatkan oleh mahasiswa Universitas Islam Malang (Unisma) menjadi sayuran fermentasi buat kelinci.
Hasilnya, dengan sayuran itu, kelinci bisa gemuk karena lebih mudah mencerna makanan. Karena itu, mereka mengikutkan ke kompetisi dengan inovasi pada makanannya untuk budidaya kelinci. Untuk itu, mereka mendapat hibah di Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI) yang diadakan Kemenristekdikti.
"Sayang jika sayuran terbuang di pasar tidak dimanfatkan. Ada sawi, wortel, kol, seledri dll," jelas Ari Sujatmiko, mahasiswa Fakultas Peternakan Unisma pada SURYAMALANG.COM.
Biasanya saat memungut limbah sayuran, ia juga mendapat pertanyaan pedagang buat apa. "Saya bilang buat makan ternak kelinci," jawabnya.
Awal ikut kompetisi saat di peternakan kampus yang ada di Dau ada kelinci yang tak terawat. Kemudian ada ide merawatnya dengan memberikan makanan fermentasi limbah sayuran pasar.
Selain Ari, timnya ada Alifatul Ulfa, Nur Hikmaturrohma, Ahmad Fahmi dan Dimas Bayuanggara.
Mereka gabungan mahasiswa Fakultas Peternakan dan Ekonomi. Pembuatan makanan fermentansi juga sederhana. Yaitu limbah sayuran dicuci bersih dan selama 2-3 hari dianginkan agar airnya berkurang. Kemudian dipotong-potong dan ditambahkan tetesan tebu serta mikroba Aspergillus Niger.
"Mikroba itu mempercepat fermentasi dan tidak menimbulkan bau," jelas Alifatul, mahasiswa Fakultas Peternakan. Dalam satu pembuatan, sayuran fermentasi bisa tahan seminggu. "Baunya kayak ragi tape," tambah Ari.
Sayuran itu tidak memberi pengaruh buruk pada ternak. Sebab kotorannya juga tidak berbau dan cepat gemuk.
Menyeriusi itu, maka kandangnya dibuang representatif agar nanti juga bisa dikembangkan oleh adik-adik tingkat.
Dari budidaya kelinci itu bisa dijual dagingnya ke penjual sate di Kota Batu. Harga per Kg daging kelinci dari mereka Rp 70.000. "Untuk penyembelihan dilakukan sendiri oleh kita," tambah Ahmad Fahmi. Selain itu juga untuk abon kelinci namun masih skala kecil.
"Rencana sih abon kelinci nanti bisa dijual di koperasi kampus dan lewat online," papar Alifatus. Harga abon per 100 gram Rp 40.000. Ditambahkan drh Nurul Humaida MKes, dosen pendamping menyatakan ia melihat keseriusan mahasiswanya di dalam mengelolanya bisnisnya.
"Sampai diberlakukan piket buat memberi makanan ke kelincinya," tambah Nurul pada SURYAMALANG.COM. Sebab kelinci harus makan pukul 10.00 WIB dan 17.00 WIB. Padahal jadwal perkuliahan lumayan ketat. Namun, lanjutnya, mahasliswa berusaha membagi waktunya meski perjalanan dari kampus hanya 15 menit.
Ia berharap, pengalaman mereka nanti ditularkan ke adik kelasnya terkait budi daya kelinci. "Setahu saya, untuk sayuran fermentasi buat kelinci baru ini," jawabnya.