Lamongan

Gadis Obesitas di Lamongan Kembali Bersekolah, Setelah Minder Kondisi Badannya 

Proses belajarnya akan dilakukan dengan sistim kunjung. Ada enam guru paket A yang dilibatkan berkunjung mengajar di rumah

Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Achmad Amru Muiz
suryamalang.com/Hanif Manshuri
Selvia saat didata UPT Dindik, Muslich, Penyelenggara Kesetaraan Sekolah Wilayah Selatan Lamongan, Kamis (18/10/2018) 

SURYAMALANG.COM, LAMONGAN - Selvia Dwi Susanti (15) seorang gadis penderita obesitas
warga Desa Cangkring Kecamatan Bluluk Lamongan bakal bisa menikmati pendidikan Sekolah. Bahkan, Selvia yang putus sekolah saat dibangku kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah (MI/SD) ini masih akan menikmati proses belajar mengajar di tingkat dasar atau SD.

Kepastian Selvia melanjutkan pendidikan setelah Penyelenggara Kesetaraan UPT Dinas Pendidikan Wilayah Selatan, Muslich berkunjung ke rumah Selvia melakukan pendataan untuk pra syarat masuk ke lembaga pendidikan.

"Selvia akan ikut sekolah kesetaraan, dulu istilahnya persamaan," kata Muslich kepada di rumah Selvia, Kamis (18/10).

Karena kondisi, maka proses belajarnya akan dilakukan dengan sistim kunjung. Ada enam guru paket A yang dilibatkan berkunjung mengajar ke rumah Selvia. Dan Selvia akan segera menempuh pendidikan serta bisa ikut ujian negara di tingkat SD.

"Umurnya sudah 15 tahun, makanya harus ikut ujian SD dulu, baru nanti melanjutkan ke SMP," kata Muslich.

Pendidikan tingkat SD, SMP hingga SMA tetap di wilayah Selatan. "Ada, ada semua di Sambeng," kata Muslich.

Untuk SMP dan SMA belum dipastikan, apakah masih sistim kunjung atau tidak. Karena harus melihat perkembangan kondisi kesehatannya nanti.

Pendidikan kesetaraan, menurut Muslich, cukup luwes dan fleksibel dalam pelaksanaannya. Yakni ada tatap muka, tutorial bersama teman-temannya dan mandiri belajar sendiri pada kesempatan yang dimiliki siswa.

Pendidikan kesetaraan SD yang akan diikuti Silvia bersama 15 siswa lain.

Sementara Selivia menyambut gembira tawaran UPT Dinas Pendidikan Pendidikan Kesetaraan Wilayah Selatan."Seneng," jawabnya singkat.

Selvia yang gemar pelajaran matematika ini bahkan berkemauan untuk menempuh pendidikan hingga di bangku kuliah."Cita-citanya jadi guru," kata Misri ibunya Selvia.

Selvia banyak diam dan hanya tersenyum saat sejumlah pertanyaan diajukan kepadanya. Namun Misri mengetahu persis apa yang dicita-citakan anaknya, termasuk masa lalu hingga saat ini ramai dibicarakan.
Yang jelas, Selvia tidak keberatan untuk kembali bersekolah. Kini pihak keluarga juga telah menjaga pola makan dan mengerem kebiasaan ngemil Selvia.

"Biasanya ngemil kerupuk, tapi sudah dua minggu ini tidak ngemil kerupuk," kara Misri.

Selain itu yang disuka adalah ketela, dan beberapa polo pendem. Sedang makannya tetap dua kali sehari, pagi pukul 08.00 WIB dan makan kedua pukul 14.00 WIB. Selvia memang penyuka sayur.

Keluarga turut senang, selain anaknya bisa sekolah, juga sudah berani keluar rumah. Sudah jalan-jalan diluar rumah meski hanya jarak dekat. Hanya saja, kebiasaan Selvia sebelumnya mengajar anak-anak mengaji di musala sebelah rumah kini tidak pernah dilanjutkan.

"Nggih minder niku," ungkap Nurul Diah Setyowati, kakak Selvia.

Diberitakan sebelumnya, gadis 15 tahun ini putus sekolah karena malu dengan kondisi badannya yang terus membesar. Bahkan kini mencapai berat 179 kilogram.  Setelah muncul di media, gadis desa ini menjadi pusat perhatian banyak instansi pemerintah daerah.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved