Malang Raya

Mahasiswa Beri Ide Untuk Tanggap Bencana Dengan Memanfaatkan IT

Ada 10 tim menjadi finalis di Hackathon Asia 2.0 bertempat di kampus STMIK Asia Kota Malang, Minggu (18/11/2018).

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: yuli
sylvianita widyawati
Tim mahasiswa dan alumnus STMIK Asia Kota Malang membuat web donasi pakaian buat bencana alam dalam lomba Hackathon Asia 2.0 di kampus setempat, Minggu (18/11/2018). 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Ada 10 tim menjadi finalis di Hackathon Asia 2.0 bertempat di kampus Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Mikroskil (STMIK) Asia Kota Malang, Minggu (18/11/2018).

Finalis itu selain dari STMIK-STIE Asia juga dari STIKI dan STIMATA. Temanya tentang penyelamatan perekonomian masyarakat dan tanggap bencana.

Dari dua tim yang diwawancarai suryamalang.com, idenya cukup menarik. Mereka memanfaatkan IT untuk tema tanggap bencana. Salah satu tim dari STMIK Asia membuat program web kampanye donasi dengan fokus mengumpulkan baju.

"Idenya ya dari kejadian saat bencana di Palu dan Lombok lalu. Korban ada yang mendapat baju yang tidak sesuai yang dibutuhkan. Misalkan pria, dapat baju wanita," jelas Erwan Saputra, alumnus STMIK Asia yang bertim dengan Sandy Pratama (semester V) dan Adrianus Kasih Sepu (semester V) pada suryamalang.com, Minggu (18/11/2018).

Mereka membuat www.misisosial.com. Di web itu, mereka membuat empat kebutuhan berupa pakaian laki-laki, perempuan, anak-anak dan pembalut wanita. Alasan memilih fokus mengumpulkan donasi pakaian karena masanya lebih lama dibanding makanan atau obat-obatan.

"Kelebihannya, kami akan menyortir dulu agar saat didonasikan sesuai kebutuhannya. Jadi, saat ada bencana, maka kebutuhan korban sudah ada dan layak pakai," katanya. Ia memasukkan item pembalut wanita karena pasti dibutuhkan korban bencana wanita.

"Dalam keadaan bencana akan sulit mencari pembalut. Padahal ini sangat dibutuhkan," kata dia. Meski merupakan nirlaba, namun di web itu juga menerima donasi untuk operasionalnya. Misalkan untuk ware house atau tempat penyimpanan barangnya.

Dari juri, mereka mendapat pujian positif. Juri juga menanyakan sistem pendistribusiannya bagaimana. Dijelaskan Erwan, mereka akan menggandeng organisasi terpercaya untuk menyalurkan donasi itu agar tak terbebani biaya.

Sedang dari satu tim dari STIMATA Malang membuat peta bencana dengan metode K Means Clustering. Caranya, data-data terkait korban bencana dipetakan per wilayah agar memudahkan penanganannya.

"Untuk pemetaan data korban ada lima kategori. Kami membuat kategori itu berdasarkan peraturan kepala BNPB," jelas Ahmad Syarif, mahasiswa semester 7 STIMATA pada suryamalang.com. Ia bersama timnya Sinta Ayu dan Agung Prasetyo.

Kategori itu antara lain meninggal dunia, luka, terdampak dan mengungsi. Dengan melihat map (peta) yang telah diberi tiga warna, maka keluar data korban di wilayah itu. Dengan begitu, relawan atau dinas terkait bisa mudah melakukan tindakan. Misalkan jika ada banyak pengungsi, maka dinas sosial bisa cepat melakukan sesuatu.

Mereka berharap, program itu kelak bisa bermanfaat dalam penanganan bencana. Sehingga tak berhenti pada lomba. Rina Dewi Indahsari, Wakil Ketua I STMIK Asia menyatakan awalnya ada 111 orang pendaftar atau 38 tim. Namun kemudian menjadi 10 tim finalis yang presentasi di depan juri.

"Lewat lomba ini, kami ingin mahasiswa bisa mengaplikasikan ilmunya di bidang informatika untuk mengatasi masalah di sekitarnya," jelas Rina. Sedang Rina Santoso dari Lembaga Penjaminan Mutu Internal menyatakan jika ada pihak lain, misalkan BPBD tertarik dengan program peserta lomba, ia mempersilahkan kerjasama dengan mereka.

"Di kami juga ada lembaga inkubasi bisnis yang bisa membantu UKM atau start up untuk dibina," jawabnya. Ia melihat program-program yang dibuat mahasiswa/peserta lomba cukup menarik untuk dikembangkan.

Sedang bagi Jaenal Arifin, Kaprodi Informatika yang juga panitia lomba menyatakan bagi mahasiswa STMIK Asia yang ikut lomba ini, idenya bisa dijadikan sebagai tugas akhir.

"Tapi harus sampai jadi. Boleh saja memakai judul dan tema yang sama untuk tugas akhir," paparnya. Sehingga ada nilai positif dengan ikut lomba karena bisa "nyicil" tugas akhir. "Karena sudah ketemu idenya," kata dia.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved