Lumajang
Sebelum Hadapi Preman, Kancil Sembunyikan Cucunya di Dalam Rumah
Sebelum meninggal, hal terakhir yang dilakukan Salim kancil adalah menggendong cucunya..
Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Aji Bramastra
Di Balai Desa, tanpa mengindahkan bahwa masih ada banyak anak-anak yang sedang mengikuti pelajaran di PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini), gerombolan ini menyeret Salim masuk dan terus menghajarnya. Di Balai desa, gerombolan ini sudah menyiapkan alat setrum yang kemudian dipakai untuk menyetrum Salim berkali-kali.
Tak berhenti sampai disitu mereka juga membawa gergaji dan dipakai untuk menggorok leher Salim. Namun hampir semua siksaan memakai senjata tajam yang ditujukan ke tubuh Salim seolah tidak mempan.
Melihat kenyataan bahwa Salim tidak bisa dilukai dengan benda tajam dan keadaan balai desa yang masih ramai, gerombolan tersebut kemudian membawa Salim yang masih dalam keadaan terikat melewati jalan kampung
menuju arah makam yang lebih sepi.
Di tempat ini mereka kemudian mencoba lagi menyerang salim dengan berbagai senjata yang mereka bawa.
Baru setelah gerombolan ini memakai batu untuk memukul, Salim ambruk ke tanah. Mendapati itu, mereka kemudian memukulkan batu berkali-kali ke kepala Salim.
Di tempat inilah kemudian Salim meninggal dengan posisi tertelungkup dengan kayu dan batu berserakan di sekitarnya.
Direktur Walhi Jawa Timur Ony Mahardika yang dihubungi Surya melalui sambungan telepon menegaskan jika Salim Kancil dan Tosan sedang berjuang menolak penambangan pasir besi di Pantai Watu Kecak Desa
Selok Awar-Awar.
"Itu sudah kami cek juga ke lapangan, ada 12 orang yang sedang berjuang menolak penambangan. Mereka ingin mengadvokasi desanya agar berbasis ekowisata, tidak menjadi kawasan pertambangan," ujar Ony, Senin (28/9/2015).
Dalam 12 orang itu ada Salim dan Tosan. Rencana advokasi terhadap lingkungan desa oleh warga desa setempat mulai dilakukan sejak Januari 2015. Namun semejak Mei 2015, mereka mulai mendapatkan ancaman dan intimidasi.
"Kami mengetahuinya karena mereka memberi laporan tentang intimidasi kepada kami. Dan ternyata saat ini intimidasi itu berujung maut. Kami minta penegak hukum mengusut tuntas dan tegas kasus yang telah terstruktur dan terencana ini," tegas Ony. (*)