Karya Anak Bangsa

Unik, Sarjana Pertanian ini Jualan Buah-buah 'Raksasa'

“Yang paling besar mangga mahatir. Itu varietas baru yang saya jual. Dua hari lalu buah pertamanya saya unduh. Beratnya sekitar 4,25 kilogram..."

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Aji Bramastra
istimewa
Cahyaning Tri Gunastri menunjukkan mangga mahatir petama yang sukses ia panen untuk pertama kalinya di kebun miliknya. Berat buah itu setelah dipetik sekitar 4,25 kilogram. 

Ia sudah membuktikannya. Sepekan setelah membuka kebun bibit, wanita kelahiran 26 Juni 1971 itu mengikuti pameran bunga dan buah di daerah Lowokwaru.

Di stan yang disewanya, Nana membawa sekitar sepuluh kilogram srikaya jumbo untuk ditawarkan ke pengunjung. Saat itu, buat tersebut belum lumrah ditemui di Kota Malang.

Di luar dugaan, para pengunjung antusias dan tertarik membeli buah tersebut dalam jumlah banyak.

Sampai-sampai, empat mobil pikap srikaya jumbo habis dalam pameran. Kebetulan saat itu musim panen. Stok yang dimiliki Nana dikebunnya mencukupi untuk dibawa ke tempat pameran.

“Di luar dugaan saya. Selain membeli buah, para pengunjung juga tertarik punya bibitnya. Mulai dari situ, saya fokus menjual buah-buah ukuran besar. Buah-buah lokal saya jual hanya sebagai pelengkap saja. Yang menarik, warga tetap tertarik membeli buah besar meski sudah dijelaskan bahwa rasanya tak semanis lokal sejenis yang biasa mereka konsumsi,” imbuh Nana.

Gampang-gampang Susah

Bagi Nana, mengembangkan buah ukuran jumbo di Malang gampang-gampang susah. Gampang karena ia bisa memperoleh berbagai jenis bibit hanya memesan lewat internet. Susah karena tak semua bibit bisa ditanam dan “dikembangbiakkan” di Malang. Sejak pertama kali bergulat, Nana sering kali gagal mengembangkan beberapa jenis buah. Terutama buah yang berasal dari Eropa atau Amerika. Ia menyebut, faktor iklim menjadi penyebab utama.

“Sudah puluhan jenis yang gagal saya kembangkan. Sebagian tidak bisa tumbuh. Sebagian tumbuh tapi tidak berbuah,” tambahnya.

Meski begitu, Nana mengaku akan terus mencoba membiakkan. Namun, ia tak ingin memaksakan. Ia menghindari rekayasa genetik karena cara itu dianggap mengubah rasa dan bentuk buah. Saat ini, ia tengah mencari buah ukuran raksasa yang berpotensi tumbuh di tanah yang selaras dengan iklim di Malang. Untuk daerah asal buah, Nana menganggap, negara-negara Asia paling pas. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved