Malang Raya

Cerita Backpacker: Yudha Rela Berjualan Gorengan demi Bisa Menjelajah Penjuru Indonesia

Untuk menjadi solo backpacker, selain fisik dan mental, persiapan keuangan juga sangat penting.

Penulis: Sany Eka Putri | Editor: musahadah
surya/sany eka putri
Yudha dan Luthfi (dua di belakang), foto bersama fans dan komunitas backpacker seusai diskusi mengenai pengalaman menjadi traveller, di Cartenz Store Kota Malang, Minggu (24/4/2016) malam. 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Sejak tiga tahun lalu Ashari Yudha, memantapkan hati untuk menjelajah tempat-tempat eksotik di penjuru Indonesia sambil berjalan kaki (backpacker).

Saat itu dia baru lulus kuliah di Universitas Padjajaran.

Tak sulit bagi Yudha untuk menjadi penjelajah sendiri (solo backpacker).

“Awalnya memang banyak pertimbangan sebelum saya melangkah sejauh ini. Tetapi, itu sudah niat sejak awal. Yang penting be friendly,” ucap dia saat diwawancarai suryamalang.com usai membagi pengalaman di acara community talk di Cartenz Store Kota Malang, Minggu (24/4/2016) malam

Sempat Yudha ditentang orang tuanya agar tidak melanjutkan kegiatannya.

Tetapi Yudha nekat, karena ia selalu ingat pesan almarhum ayahnya agar menjadi seorang pengusaha dan merantau.

Untuk menjadi solo backpacker, selain fisik dan mental, persiapan keuangan juga sangat penting. 

Selama menjadi solo backpacker enam bulan ia menghabiskan uang Rp 15 juta.

Tentunya tak mudah ia mendapatkan uang segitu. Ia pernah berjualan gorengan.

Sampai saat ini, ia sudah menjelajahi seluruh tempat wisata di Indonesia. Dan semua itu, ia unggah dalam akun Instagramnya  @catatanbackpacker.

Rencananya, Mei 2016 ini ia akan menjalani perjalanan menuju Anak Mas dan Florest.

Yudha belum tahu akan menjadi seorang backpacker sampai kapan, tetapi ia menjadikan hobinya ini sebagai pekerjaan utama.

Pria kelahiran 13 November 1991 ini pernah mendapat perkataan sinis dari beberapa orang di sekitarnya.

“Ada yang mengatakan kalau saya ini egois atau apa. Tetapi itu menjadi motivasi buat saya. Saya akan tunjukkan bahwa saya menjadi solo backpacker juga masih butuh yang namanya teman. Oleh karena itu , di mana-mana tempat yang saya pijak, semua orang ialah teman saya. Saling berbagi, tidak pelit. Intinya, harus berani malu,” imbuh dia.

Lain halnya dengan Luthfi Maizakusuma, yang memilih memakai sepeda untuk menjelajah (bikepacker).

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved