Malang Raya

Ketika Napi Merilis Buku : Ada Roman Cinta hingga Kisah Terpidana Mati Pembunuh

Bianglala akan muncul di saat hujan telah reda, semua akan indah pada waktunya', demikian motto El Dhanie Setiawan, penghuni Lapas Klas I Lowokwaru

Penulis: Sri Wahyunik | Editor: musahadah
surya/sri wahyunik
Dari kiri ke kanan : Arief Al Habib Husain, Kepala Lapas Lowokwaru Krismono, Gama Mulya, dan M Arief Cahyono yang merangkum dan menulis kisah narapidana yang dibukukan. 

Arief menambahkan sebenarnya ada banyak kisah dari penghuni Lapas yang ingin ditulis.

Bahan yang dikumpulkan juga lebih dari 52 tulisan. Sebab, antusiasme para narapidana dalam menceritakan kasus dan curhatan hatinya luar biasa.

"Antusias mereka luar biasa, bahan yang berhasil kami kumpulkan sebenarnya lebih dari 52. tetapi memang kami pilih lagi dan terkumpul 52 ini," imbuhnya.

Nama terakhir adalah Gama Mulya yang tidak asing bagi pembaca berita di Kota Malang.

Eks mahasiswa Universitas Brawijaya ini menulis artikel tentang kisahnya yang diberi judul 'Cinta Tak Harus Memiliki'.

Gama divonis 10 tahun penjara dalam kasus perkosaan terhadap teman kuliahnya, dan kini masih mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Jawa Timur.

Kepala Lapas Klas I Malang, Krismono menambahkan secara khusus mencetak buku kisah WBP itu sebagai kado Hari Bhakti Pemasyarakatan.

"Ini juga sekaligus menjadi bukti kalau warga binaan Lapas itu juga memiliki keahlian, bukannya tidak berguna," tegasnya.

Karenanya ia mengumpulkan beberapa narapidana yang memiliki sejumlah keahlian yang kemudian dibentuk dalam sebuah tim kreatif.

Ada 15 orang narapidana dan delapan orang petugas.

Tim kreatif ini bertugas menghandel beberapa acara di Lapas Lowokwaru.

Khusus untuk pembuatan buku ini ada empat orang WBP dari tim kreatif yang terlibat dan empat orang petugas termasuk Krismono yang bertugas sebagai editor.

"Mereka ini luar biasa," puji Krismono.

Buku yang diluncurkan berbarengan dengan peringatan Hari Pemasyarakatan ini dicetak sebanyak 200 eksemplar.

200 eksemplar itu terbagi atas 100 eksemplar diberikan sebagai suvenir tamu di Lapas Lowokwaru dan 100 eksemplar lagi dibawa ke Lapas Cipinang.

Di Lapas inilah, Menteri Hukum dan HAM Yasonan Laoly menjadi instruktur upacara.

"Jadi menteri juga baru hari ini membaca buku ini, karena 100 eksemplar kami bagikan di Lapas Cipinang," tegasnya.

Jika nantinya ada peminat dan pemesan buku tersebut, tidak menutup kemungkinan akan dicetak ulang.

"Semoga buku ini berguna bagi masyarakat di luar Lapas juga, " pungkas Krismono. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved