Jagad Aneh
Bayi Orangutan ini Menangis, Ada Peluru yang masih Bersarang di Tubuhnya
Kasihan peluru bersarang di tubuh bayi orangutan ini...
Lebih dari 20 pengaduan masuk ke BOSF dalam tiga bulan belakangan ini, termasuk di antaranya orangutan memakan sawit muda.
“Hari ini saja ada empat keluhan yang masuk dan kami berencana akan cek lokasi,” kata Friedman.
Seiring dengan banyak pengaduan, BKSDA dan BOSF menyelamatkan 10 orangutan sejak 1 Februari 2016. Lima orangutan dewasa di antaranya dipindahkan ke hutan yang lebih aman dari manusia.
Pertemuan maupun konflik manusia dan orangutan bisa jadi terus meningkat di daerah Kahayan Tengah di hari depan.
Friedman mengungkapkan, BOSF bersama sejumlah peneliti pernah meneliti kepadatan populasi orangutan di Kahayan Tengah pada tahun 2009. Hasilnya, tingkat kepadatan populasi satwa ini adalah 5 sarang orangutan dalam radius 1 kilometer.
Kini, kondisinya telah berubah. Sarang dan hutan itu berubah jadi lautan arang karena terbakar, perkebunan sawit dan plasma masyarakat.
Induk dibunuh
Tim BKSDA dan BOSF meragukan cerita warga bahwa Mema, si bayi orangutan, ditemukan sendirian berada di tepi bekas hutan terbakar.
Temuan Mema justru memunculkan dugaan bahwa sang induk telah mati terbunuh. Dugaan itu muncul berdasarkan kondisi Mema.
Friedman mengatakan, induk orangutan tidak akan melepaskan bayinya dalam kondisi apapun. Sang anak juga serupa. Ia akan berpegangan erat ataupun mencengkeram erat rambut sang induk.
“Karenanya kami perkirakan induknya terbunuh,” kata Friedman.
Perubahan kawasan sekeliling Bereng Rambang yang dulunya hutan belantara menjadi kebun sawit perusahaan dan plasma masyarakat, menguatkan dugaan ini.
Besar kemungkinan, orangutan masuk ke kebun sawit dan menjadi sasaran empuk kemarahan warga.
Friedman menunjuk pada bekas luka yang diderita Mema. Luka bekas tembakan diyakini sebagai upaya sengaja.
Selain itu, Mema juga terus menangis saat berada di ruang perawatan BOSF.
Dari banyak pengalaman yang telah dilalui BOSF, itu tanda bayi orangutan sudah direnggut paksa dari induknya yang sudah mati.
“Menangis itu adalah trauma bagi bayi orangutan,” kata Friedman.
“Karenanya kami berharap kejadian terbakarnya hutan tahun lalu tidak terulang lagi, sehingga orangutan dapat hidup aman di habitat aslinya,” kata Friedman.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/suryamalang/foto/bank/originals/bayi-orangutan-ini-ditaruh-di-kardus-tubuhnya-ditemukan-sejumlah-peluru_20160608_232021.jpg)