Malang Raya

Awalnya Warga Malang Takut Pencet Aplikasi Panic Button Bikinan Polisi, Akhirnya . . .

"Karena jasa saudara semua, nyawa orang lain tertolong. Polisi juga bergerak secara cepat,"

Penulis: Sri Wahyunik | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM/Sri Wahyunik
Kapolres Malang Kota AKPB Decky Hendarsono beri penghargaan pemencet aplikasi panic button 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - "Awalnya saya ragu dan takut saat mencet tombol panic button. Takut keliru. Karena kalau keliru dan dianggap bohong, kan bisa dihukum," tutur Yan Edy Rajab (42), mengawali perbincangan dengan Surya, Kamis (6/10/2016) sore di Mapolres Malang Kota.

Edy berada di Polres Malang Kota karena memenuhi undangan jajaran Polres Malang Kota terkait aplikasi Panic Button on Hand (PBOH).

Edy tidak sendiri. Beberapa orang lain yang pernah memencet tombol 'help' di panic button juga diundang. Edy meneruskan, kali pertama memencet panic button 20 September 2016. Dia memasang aplikasi itu di ponselnya, ketika ada sosialisasi tentang panic button kepada RT dan RW se-Kota Malang beberapa bulan lalu. Edy merupakan Ketua RW 11 Kelurahan/Kecamatan Lowokwaru yang bekerja sebagai sopir Gojek.

Ketika itu, ia usai mengantar penumpang saat melintas di pertigaan Jl Sulfat - Jl Tumenggung Suryo. Tiba-tiba seorang perempuan pengendara motor matic yang melaju dari arah selatan Jl Tumenggung Suryo berhenti di lampu merah itu. Padahal seharusnya ia berjalan terus.

Di belakangnya, melaju sebuah truk gandeng, dan rangka truk menyenggol pengendara motor itu.

Pengendara motor terjatuh, tetapi truk terus melaju karena tak menyadari jika bagian kendaraannya menyenggol pengendara motor itu.

"Akibatnya suasana ramai. Warga marah kepada sopir karena tidak berhenti. Sopir akhirnya menghentikan truknya, tidak terlalu minggir. Sedangkan korban tidak ada yang ngurusi, dan lalu lintas macet. Saya kemudian ingat panic button, meski belum pernah pakai. Ragu-ragu dan takut, saya milih mencet," lanjutnya.

Tak kurang dari lima menit, puluhan polisi datang dari berbagai arah, termasuk mobil ambulans. Karena perbuatan Edy, pengendara motor langsung diangkut ke rumah sakit dan mendapat pertolongan pertama. Sopir pun tak sampai dihajar massa. Kemacetan lalu lintas juga akhirnya bisa diurai.

Testimoni pemakaian aplikasi panic button juga datang dari Andrik Setiawan (24), karyawan sebuah minimarket di Jl Gatot Subroto Kecamatan Klojen Kota Malang. Andrik memencet panic button ketika mendengar ada penjambretan di depan tokonya. Peristiwa ini terjadi, Selasa (4/10/2016) malam.

Ketika itu, Andrik sedang bertugas di minimarket itu. Tiba-tiba dia mendengar seseorang berteriak jambret dari arah depan toko.

"Saya sedang di dalam toko, tiba-tiba mendengar orang berteriak jambret-jambret. Saya pun menekan tombol 'help' di aplikasi panic button," ujarnya.

Karena jasa Andrik ini, polisi secara cepat mendatangi lokasi kejadian dan berhasil menangkap si penjambret. Penjambret yang diketahui bernama Hendriyanto (31) warga Kelurahan Kota Lama Kecamatan Kedungkandang, menjambret ponsel Louis Patricia (21) ketika berhenti di pinggir Jl Gatot Subroto.

Andrik mengetahui aplikasi panic button secara tak sengaja. Pemuda ini berselancar di play store, lalu melihat aplikasi panic button.

"Kok aplikasinya Polres Malang Kota, akhirnya saya unduh. Karena saya mikirnya, saya kerja di toko yang rawan juga menjadi sasaran tindak kejahatan. Mengundul tiga bulan lalu, baru sekali kemarin itu saya makainya," tegasnya.

Edy dan Andrik, merupakan dua dari sembilan warga Kota Malang yang mendapatkan penghargaan dan apresiasi dari Kapolres Malang Kota AKPB Decky Hendarsono. Para pemencet panic button itu dinilai telah membantu orang lain, dan membantu tugas polisi.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved