Malang Raya

Jangan Lihat Penampilannya, Kemampuan Pria Gondrong Ini Bisa Bikin Mahasiswa Melongo

Rambutnya yang gondrong dan hobinya mendengar musik metal bukan hal yang biasa ditemui pada sosok dosen.

Penulis: Neneng Uswatun Hasanah | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM/Neneng Uswatun Hasanah
Dr Eng Anindito Purnowidodo ST MEng menunjukkan kekuatan komposit serat alami yang sedang diteliti, Senin (3/4/2017). 

SURYAMALANG.COM, LOWOKWARU - Penampilan Dr Eng Anindito Purnowidodo ST MEng cukup nyentrik dibandingkan dosen berjabatan akademik Lektor Kepala lainnya. Rambutnya yang gondrong dan hobinya mendengar musik metal bukan hal yang biasa ditemui pada sosok dosen.

Pria yang akrab disapa Anin ini sudah mengajar di prodi Teknik Mesin Universitas Brawijaya (UB) selama 19 tahun.

“Saya fokus meneliti perilaku rambat retak pada suatu material. Saat ini saya sedang meneliti bahan serat alami untuk dijadikan sebagai komposit,” kata Anin kepada SURYAMALANG.COM, Senin (3/4/2017).

Komposit merupakan gabungan dua material yang berbeda sifat fisik dan kimianya untuk menghasilkan material baru yang lebih kuat dan potensial. Lulusan University of The Ryukyus Okinawa Jepang itu mengungkapkan biasanya komposit dibuat dari fiberglass, alumunium, dan resin.

"Banyak potensi serat tumbuhan di Indonesia yang bisa digunakan sebagai bahan komposit. Ada serat rami, serat bambu, serat pohon pisang, sampai serat pandan,” tutur dosen mata kuliah kekuatan material dan analisa kegagalan itu.

Pria asli Malang itu berusaha menemukan serat alami terbaik yang memiliki karakteristik perambatan retak paling rendah.

“Penelitian ini untuk mencari bahan serat alami untuk komposit yang bisa memiliki kekuatan sebanding atau lebih besar dengan komposit bahan alumunium,” jelas dosen kelahiran 10 Maret 1971 itu.

Kekuatan komposit bahan alumunium adalah sekitar 200 megapaskal (mpa), sedangkan alumunium alami hanya berkisar 100 mpa.

“Sudah pernah ada penelitian komposit berbahan serat alami campuran resin yang mencapai angka 200 mpa,” katanya.

Anin meneliti untuk mencari karakteristik rambat retak komposit berbahan beberapa jenis serat alami menggunakan hidrolic fatigue testing machine. Mesin tersebut akan menarik dan menekan prototipe komposit selama 8 jam.

“Kemudian perambatan retak diamati dengan mata telanjang selama 10 hari. Semakin sulit keretakan merambat, maka semakin baik,” terang Anin.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved