Sportarema

Hero Tito, Ini Kisah Terjalnya Perjuangan 'Petinju Indie' Asal Malang ke Level Dunia

Menu latihan dibuatnya berdasar pengalaman selama mengikuti latihan di luar negeri atau saat diasuh pelatih profesional

Penulis: Dyan Rekohadi | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM/Hayu Yudha Prabowo
Hero Tito, petinju dari d"Kross Boxing Camp menunjukan sabuk juara dunia World Profesional Boxing Federation, Rabu (30/11/2016). 

Perlu Dukungan Pemerintah dan Sponsor

Ibarat band atau penyanyi indie yang disokong indie label, Hero Tito juga masih mendapat dukungan dari sasana tinju atau Boxing Camp D’Kross. Sasana D’Kross di kota Malang merupakan sasana yang menaungi Hero Tito sejauh ini.

Bila kembali diibaratkan dengan dunia musik, sasana D’Kross ini ibarat sebuah label indie, bukan label major atau perusahaan rekaman bermodal besar.

Owner D’Kross Ade Herawanto beberapa kali menjadi promotor bagi Hero Tito di ring tinju nasional dan mendukung ke kancah internasional. Tapi sekali lagi, dalam hal ini Ade bukanlah promotor besar yang bisa terus mendukung Hero Tito meraih ambisi gelar juara dunia bergengsi.

Ade berharap setelah upayanya mengantar Hero Tito merah gelar juara dunia WPBF, nantinya akan ada promotor lain yang bisa menggantikannya membantu membukakan jalan bagi Hero ke gelar juara dunia yang lebih bergengsi.

Wakil Ketua Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI) Malang Raya, Eka Nurcahyo menilai, Hero memiliki potensi untuk bisa meraih prestasi yang lebih baik di pentas tinju dunia.

“Buktinya, pencari bakat dari Amerika, Top Rank, minta Heru berlatih di sana 3 bulan, dan tiap bulan ada sparing. Hanya saja, hingga kini dia belum bisa ke AS,” ungkap Eka, Sabtu (30/12/2017).

Eka yang juga menjabat sebagai Ketua Harian Pertina Kota Malang itu justru prihatin dengan pemerintah yang kurang perhatian kepada petinju berprestasi. Dukungan pengusaha sebagai sponsor juga nihil.

“Lesunya laga dalam negeri membuat tinju profesional seolah mati suri. Semangat promotor  dalam negeri untuk gelar pertandingan bagi para petinju profesional juga minim sekali. Hal ini membuat petinju prof sulit berkembang,” ujar pria yang pernah mendampingi Hero Tito bertanding ke luar negeri itu.

Tanpa panggung, seorang penyanyi atau kelompok musik akan kesulitan menunjukkan kelebihan dan keunikan musiknya. Demikian juga di olah raga tinju nasional, Hero Tito yang gigih mengejar mimpi juara  dunia patut diberi dukungan segenap unsur bangsa.

Pemangku kepentingan termasuk pemerintah dan pengusaha harusnya bisa memberikan arena untuk melahirkan the next Ellyas Pical dan Chris John sebagai juara dunia tinju pengharum nama bangsa Indonesia.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved