Trenggalek
Perangkat Desa Ini Kaget Saat Datangi Lokasi Kesurupan Massal Trenggalek, Ya Ampun Ada Benda Ini!
Selama ini, keluarga ini tidak ada masalah. Para tetangga dan perangkat desa kaget saat tahu ada orang meninggal tak wajar di keluarga ini.
Penulis: David Yohanes | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, TRENGGALEK - Rumah Tukinem (51) dan tujuh tersangka penyebab kematiannya berada di lokasi terpencil.
Letaknya di Dusun Jerukgulung, Desa Surenlor, Kecamatan Bendungan.
Dari kantor Desa Surenlor, jaraknya sekitar satu kilometer.
Jalannya berupa beton rabat sekitar 800 meter.
Kemudian dilanjutkan dengan jalan tanah penuh lumpur sejauh sekitar 200 meter.
Medannya berbukit, dan jarang ada rumah penduduk.
Ada empat rumah di satu lokasi yang menjadi tempat tinggal Tukinem dan para tersangka.
Dua di antaranya masih rumah kayu, dan dua lainnya sudah tembok.
Rumah satu kerabat ini berada di sisi atas.
Sedangkan para tetangga ada di sisi bawah.
Anak sulung Tukiyem, Budi menceritakan terjadi kesurupan massal di keluarganya sejak Jumat (2/3/2018).
Selama kesurupan ramai-ramai itu, Budi melakukan upaya agar saudara dan kerabatnya bisa kembali tersadar.
“Saya sudah berusaha, tapi tidak membuahkan hasil.”
“Malah saya merasa terancam,” ujar Budi saat ditemui di rumah duka.
Orang yang kesurupan itu mengamuk dan mengancam siapa saja.
Bahkan sejak Jumat (2/3/2018), tidak ada tetangga yang berani lewat di depan rumahnya.
Padahal sebelumnya jalan di depan rumahnya dilewati para tetangga yang ke ladang atau mencari rumput.
“Kami yang dalam kondisi sadar, dan tidak kesurupan ini seperti kena hipnotis.”
“Kami nurut diperintah apa saja,” tutur Budi.
Dalam kondisi kesurupan itu, Tukiyem sempat minta untuk dimandikan.
Namun, Budi tidak tahu kejadian selanjutnya.
Sebab, Budi sedang pergi keluar rumah.
Sedangkan ayahnya, Riyanto juga sedang mencari pakan ternak di hutan.
“Tahu-tahu sampai rumah, sudah kejadian. Ibu ditemukan meninggal dunia,” ucap Budi.
Kini Budi mengaku dalam kondisi kebingungan.
Dia yakin adik dan kerabatnya tidak sadar saat melakukan kekerasan terhadap ibunya.
Namun kini polisi menahan mereka untuk menjalani proses hukum.
“Kalau saya berharapan jangan dipenjara.”
“Karena mereka tidak sadar dengan apa yang dilakukan,” ujar Budi.
Perangkat desa bernama Sujiono mengatakan selama ini tidak pernah ada yang aneh dari keluarga ini.
Setahunya tidak pernah ada aliran yang aneh atau pun ritual yang menyimpang.
Kehidupan Tukinem dan para kerabatnya juga normal seperti warga lain.
Sujiono mengaku ikut serta mendatangi rumah Tukinem setelah mendapat laporan kesurupan massal.
Sekitar 25 warga dan polisi membawa tali ke lokasi kejadian.
Saat tiba, keluarga Tukinem memang dalam kondisi kesurupan.
“Semua mengamuk dan dalam kondisi tidak sadar.”
“Saya malah fokus ke benda yang berbahaya, karena di situ ada parang dan sebagainya,” tutur Sujiono.
Satu per satu anak dan kerabat Tukinem yang kesurupan diringkus dan diikat.
Saat itulah tubuh Tukinem nyaris tak terlihat karena tertutup lumpur.
Wajahnya tertutup handuk yang kotor penuh tanah.
Saat tubuh Tukiyem diangkat, kondisinya lunglai.
Sujiono mengaku tidak mengira jika Tukinem dibunuh secara keji.
Sebab selama ini tidak pernah ada masalah dengan keluarga ini.
“Kalau ditanya, saya juga bingung. Selama ini mereka tidak pernah ada masalah,” katanya.
Tim Satreskrim Polres Trenggalek kembali ke lokasi kejadian pada Selasa sore.
Tim yang dimpimpin Kasatreskrim Polres Trenggalek, AKP Sumi Andana mencari alat bukti tambahan.
Sejumlah benda ditemukan, antara lain mukena, rukuh, gayung dan ember air.