Malang Raya
Minat Penumpang di Kota Batu Naik Angkot Kian Merosok, Lantas Apa yang Dilakukan Para Sopir?
"Ya seharusnya diutamakan dulu masyarakat Kota Batu. Minimal angkotnya. Karena di sini banyak sopir nya orang Batu," imbuhnya
Penulis: Sany Eka Putri | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM, BATU - Mobil angkot terjajar rapi di Terminal Batu, Rabu (21/3/2018). Beberapa sopir angkot ada yang duduk-duduk di kursi dekat mobilnya, ada juga yang sampai tertidur di dalam mobil angkot.
Paidi (60) sopir angkot, terlihat santai di dalam mobil angkot warna ungu jurusan Batu-Landungsari. Sedari pagi, ia baru mendapatkan sekitar 17 penumpang. Ia santai di mobil bukan karena sudah setoran sudah cukup, melainkan karena sepi penumpang.
Saat itu ia menggunakan kaos oblong dan celana panjang. Saat dihampiri SURYAMALANG.COM, Paidi dengan ramah mempersilahkan untuk berbincang-bincang. Ia bercerita, kalau ia sudah menjadi sopir angkot sejak tahun 1974.
Saat itu, merupakan masa kejayaan sopir angkot. Tetapi jurusannya masih Batu-Comboran (Kota Malang).
"Dulu jurusannya jauh-jauh. Tapi penumpangnya banyak. Dalam sehari bisa sampai lima kali lebih. Beda dengan sekarang, sepertinya sudah mulai dilupakan dan beralih ke go-jek online itu mbak," kata dia.
Dikatakannya, saat ini untuk mendapatkan penghasilan sebesar Rp 50 ribu saja sangat sulit. Untuk menutupi kekurangan itu, ia menabung dari penghasilan yang ada. Sampai ia bisa membayar setoran yang ditentukan.
"Sehari saja dapat 50 ribu rupiah sulit sekali. Mau jalan itu tidak ada ongkos untuk bensin. Serba sulit pokoknya. Tapi kami di sini saling berbagi pengalaman, banyak temannya," kata dia.
Keluhan yang ia rasakan mengenai kehadirannya angkutan online ini ingin ditiadakan. Kalaupun ada, setidaknya dibatasi. Karena seharusnya sebagai Kota Wisata bisa memberdayakan masyarakat sekitar.
"Ya seharusnya diutamakan dulu masyarakat Kota Batu. Minimal angkotnya. Karena di sini banyak sopir nya orang Batu," imbuhnya.
Keluhan itu juga dirasakan Sucipto. Ia dan beberapa sopir lainnya berharap ada bantuan subsidi dari pemerintah.
"Alhamdulillah kalau ada subsidinya. Minimal bahan bakar. Belum ada bantuan sama sekali mbak," ujar dia.
Ia belum pernah ikut mengangkut pengunjung ke tempat wisata. Karena dipilih siapa yang bisa ikut membawa penumpang ke tempat wisata.
"Nggak ikut mbak karena ada grupnya sendiri. Ya kalau memang mau ada angkot khusus tempat wisata akan lebih baik. Semoga bisa direalisasikan," imbuhnya.