Teroris Serang Jawa Timur
Warga Kampung di Magetan Bersedia Menerima Jenazah Puji Kuswati Sekeluarga
"Bumi dan isinya ini milik Allah SWT, saya dan warga di sini bersedia menerima jenazah Puji Kuswati dan keluarganya," kata kepala desa.
Penulis: Doni Prasetyo | Editor: yuli
SURYAMALANG.COM, MAGETAN - Warga dan aparat Desa Krajan, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan bersedia menerima jenazah Puji Kuswati, pelaku bom bunuh diri di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Surabaya.
Mereka mempersilakan jika jenazah Puji Kuswati bersama suami dan empat anaknya dikuburkan di pemakaman umum desa setempat.
(Baca: Pesan WhatsApp Terakhir Aipda Auzar kepada Wakapolri, Beberapa Jam Sebelum Gugur Diserang Teroris)
(Baca: Ayah Deddy Corbuzier Nyaris jadi Korban Bom, Tagar #KamiTidakTakut baginya Tidak Benar)
"Bumi dan isinya ini milik Allah SWT, dan itu menjadi pertimbangan saya dan warga di sini (Desa Krajan) bersedia menerima jenazah Puji Kuswati dan keluarganya. Kami tidak punya hak menolak bila keluarga Puji Kuswati di makamkan di sini," kata Mujiono, Kepala Desa Krajan, Parang, Magetan kepada SURYAMALANG.COM, Rabu (16/5/2018).
Menurut Mujiono, Puji Kuswati sejak bayi hingga menempuh pendidikan di perguruan tinggi kesehatan di Surabaya, memang berdomisili di Desa Krajan.
Selama itu, Puji tinggal bersama oom dan tantenya, Rijan (80) dan almarhum Sukar di RT8/RW 2, Desa Krajan.
BERITA TERKAIT: Orangtua di Banyuwangi Tak Sudi Terima Jenazah Puji Kuswati, Pengebom Gereja di Surabaya
"Bagaimanapun, Puji Kuswati warga kami, meski sudah lama berdomisili di Surabaya. Kini masih menunggu keputusan sepupu Puji Kuswati dari Jakarta, karena jadi apa tidaknya dimakamkan di sini tinggal menunggu berita dari sepupunya itu," kata Kades Mujiono.
Mujiono menyebutkan, Puji Kuswati diasuh pasangan Rijan dan Sukar sejak usia 18 bulan sampai kuliah di Surabaya.
Daftar nama Puji dikeluarkan dari kartu keluarga Rijan - Sukar setelah Puji menikah dengan Dita Oepriarto, warga Surabaya itu.
"Yang benar Puji Kuswati diasuh Mbah Rijan sejak usia 18 bulan, saya lebih tua tiga tahun dengan Puji Kuswati. Jadi saya masih paham wajah dan perangainya, kalau disapa hanya senyum malu-malu," ujar Mujiono.
Puji Kuswati, lanjut Kades Mujiono, setelah lulus dari SMAN 2 Magetan melanjutkan ke Akademi Perawat (Akper) RSI Surabaya, dan melanjutkan ke strata dua di Australia.
"Puji Kuswati kabarnya pernah menjadi PNS di Kementerian Keuangan. Saya pribadi dan warga di Krajan Parang tidak mengira Puji Kuswati seberani melakukan itu, kemungkinan pengaruh dari suaminya," kata Mujiono.
Puji Kuswati meninggal dunia bersama kedua putrinya Fadhila dan Famela Risqita saat pengeboman di GKI Jalan Diponegoro, Surabaya.
Sedangkan kedua putranya, Yusuf Fadil dan Firman Halim, tewas karena bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Jalan Ngagel Madya, Surabaya.
Adapun Dita Oeprianto melakukan bom bunuh diri di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), Jalan Arjuno, Surabaya, dengan mengendarai mobil.
Ketiga bom yang diledakkan di tiga tempat ibadah itu berselang 5 menit, Minggu (13/5/2018) sekitar pukul 07.30.
