Jendela Dunia
Kisah Jasad-Jasad Abadi di Zona Maut Everest, Ada yang Baru Ditemukan 75 Tahun Kemudian
Ada kawasan yang disebut Zona Maut di Everest. Banyak pendaki yang gagal melewati zona ini. Bahkan banyak yang sampai meninggal.
Termasuk Hannelore Schmatz yang tewas di lokasi yang hanya berjarak 330 kaki dari basecamp terakhir menuju ke puncak.
Schmatz dan pendampingnya, Ray Genet, terlalu lelah untuk melanjutkan pendakian.
Mereka mendirikan kamp bivak untuk tidur di kantong tidur sebelum menuju ke base camp.
Pemandu sudah memperingatkan bahwa mereka harus kembali ke markas atau Camp IV, lebih jauh ke bawah gunung.
( Baca juga : Lama Tak Muncul, Diana Punky Masih Sama Seperti Jinny Yang Dulu loh, Malah Terlihat Lebih Muda? )
Seolah tak menghiraukan peringatan itu, Schmatz dan Genet tinggal di ketinggian 27.200 kaki yang kawasan yang disebut Zona Kematian.
Schmatz dan Genet tewas akibat hipotermia setelah mereka terjebak dalam badai salju semalaman.
Para ahli percaya Schmatz duduk untuk istirahat akibat kelelahan membawa ranselnya.
Dia jatuh tertidur, dan tidak pernah bangun lagi.
Menurut pemandu yang bersamanya, kata-kata terakhirnya adalah “Air, air”.
( Baca juga : Digelar Mulai Juni 2018, Ini Bocoran Jabatan dan Syarat dalam Pendaftaran CPNS Tahun Ini )
Setelah kematiannya, sang pemandu tinggal dengan jasad Schmatz.
Tetapi dia harus rela kehilangan jari tangan dan beberapa jari kaki akibat radang dingin.
Adapun Hannelore Schmatz merupakan wanita pertama, dan orang Jerman pertama yang mati di lereng Everest.
Jasadnya dibiarkan membeku di lereng Everest.
Pemandu dan inspektur polisi Nepal berusaha membawa jasadnya pada 1984.
Tetapi, dua pria itu juga terjatuh, dan meninggal dunia.