Kisah Soesilo Toer, Baru Saja Pulang dari Rusia Langsung Dipenjara 6 Tahun (2)

SOESILO TOER. Doktor asal Blora. Dia dituding antek komunis hanya karena dia lulus dari jurusan politik dan ekonomi di Rusia.

Editor: yuli
KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO
Soesilo Toer saat ditemui Kompas.com di rumahnya di Jalan Sumbawa Nomor 40, Kelurahan Jetis, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Kamis (31/5/2018) sore. 

Bahkan, Soes sering dimaki-maki hingga diarak karena dituding PKI. Beruntung saja tak sampai dianiaya hingga masuk rumah sakit.

Soes bercerita, dia terpaksa melakoni pekerjaan serabutan untuk bisa menyambung hidup, mulai dari berdagang kain‎ hingga menulis‎. Karena jasa teman baiknya, Soes sempat menjadi dosen hampir 6 tahun di salah satu universitas swasta di Jakarta.

Namun, kariernya sebagai dosen ekonomi hancur setelah karibnya itu meninggal dunia.

Soes kembali merasa dipersulit mencari pekerjaan yang layak. Tidak hanya Soes, Toer bersaudara lainnya juga terkena imbasnya.‎

Dia memperkirakan hal itu terjadi setelah peristiwa 1965 meletus.‎ Kakak-kakak Soes, seperti Prawito Toer dan Koesalah Soebagyo Toer, juga dituding antek PKI.

Mereka sama-sama dijebloskan ke penjara. Sementara itu, adik Soes, Soesetyo Toer, memilih kabur ke Papua dan berganti identitas, termasuk nama.

"Adik saya lari ke Papua dan namanya diganti baru supaya aman. Tapi, sampai sekarang kami tak tahu bagaimana kabarnya," tutur Soes.‎

Pramoedya Ananta Toer memiliki adik Prawito Toer yang kemudian berubah nama menjadi Walujadi Toer.

Berikutnya Koenmarjatoen Toer yang kemudian menjadi Ny Djajoesman dan Oemi Sjafaatoen Toer yang menjadi Ny Mashoedi.

Setelah itu ada Koesaisah atau Ny Hermanoe Maulana, Koesalah Soesbagyo Toer, Soesilo Toer, Soesetyo Toer, dan Soesanti Toer.

Saat ini, lanjut Soes, Toer bersaudara hanya tersisa ‎dirinya dan sang kakak, Koesaisah Toer.

Koesaisah Toer menetap di Jakarta. 

Perpustakaan untuk sang kakak ‎

Merasa tak berhasil di Jakarta, pada tahun 2004 Soes bersama istrinya, Suratiyem, pulang ke kampung halamannya di Blora.

Apalagi, rumah semipermanen miliknya yang berdiri di atas lahan seluas 320 meter persegi di Jakarta terkena penggusuran proyek Tol Jakarta-Cikampek.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved