Kisah Soesilo Toer, Baru Saja Pulang dari Rusia Langsung Dipenjara 6 Tahun (2)
SOESILO TOER. Doktor asal Blora. Dia dituding antek komunis hanya karena dia lulus dari jurusan politik dan ekonomi di Rusia.
"Saya dapat ganti untung ratusan juta. Uang itu saya pakai modal hidup di Blora termasuk renovasi rumah," kata Soes.
Rumah di Blora adalah warisan keluarga besar Toer.
Rumah sederhana yang sudah rapuh termakan usia dengan segala macam kenangannya.
Rumah yang menyimpan memorinya bersama kakaknya, Pramoedya Ananta Toer.
Kini, rumah bersejarah berdinding kayu usang dan tembok retak itu tidak terawat.
Bahkan, pagar masuk menuju rumah itu reyot memprihatinkan. Pagar bersusun kayu setinggi 70 meter itu sudah tak kuat berdiri karena konstruksinya hancur di mana-mana, diganjal kayu dan tali.
Di sekitar rumah, terdapat berbagai jenis tanaman. Ada pohon pisang, srikaya, dan pepaya. Di rumah itu dibangun sebuah perpustakaan kecil yang diberi nama Perpustakaan Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa (Pataba).
Selain untuk mengenang sang kakak, perpustakaan mini itu juga diwujudkan untuk mendorong generasi muda setempat gemar membaca.
Soes sendiri mewarisi bakat kakaknya dalam menulis. Hingga saat ini Sus sudah menerbitkan sekitar 20 buku hasil karyanya.
"Katanya rumah ini mau dibangun oleh pemerintah. Tapi belum tahu kapan," kata Soes.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Soes memulung, juga bercocok tanam, beternak ayam dan kambing bersama istrinya.
Ada sekitar 50 ekor ayam dan 16 ekor kambing. Hewan-hewan ternaknya itu dibiarkan saja berkeliaran.
Bahkan terkadang kambing dan ayam itu masuk rumah. Soes bergerak memunguti sampah bernilai jual mulai sehabis maghrib hingga dini hari di wilayah perkotaan Blora.
Tak menentu juga durasinya, bergantung banyak tidaknya barang bekas yang menumpuk di keranjang yang ditumpang di atas jok motor bututnya.
Hasil memulungnya itu tidak hanya untuk diuangkan, tetapi juga dimanfaatkan untuk makan ternak.