Ulang Tahun Hari ini

7 September, Ulang Tahun Gus Dur yang Dirayakan Dua Kali dalam Setahun

Gus Dur, hari ini berulang tahun. Tahukah kamu kalau dalam setahun hari kelahirannya dirayakan 2 kali?

Penulis: Insani Ursha Jannati | Editor: Insani Ursha Jannati
Surya/Dodo Hawe
Abdurahman Wahid dan Megawati 

SURYAMALANG.COM - Terlahir dengan nama Abdurrahman Wahid yang kemudian dikenal sebagai Gus Dur, lahir  Jombang, Jawa Timur..

9 tahun silam, 30 Desember 2009, Tanah Air berduka mendalam atas meninggalnya Tokoh Muslim Indonesia satu ini.

Saat itu usia Gus Dur adalah 69 tahun.

Dialah Presiden ke-4 Republik Indonesia yang menjabat dari tahun 1999 hingga 2001.

Menggantikan Presiden B.J. Habibie setelah dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil Pemilu 1999.

23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR.

Seolah menjadi jargon, celetukan jenaka Gus Dur yang terkenal adalah "Gitu aja kok repot", seperti dilansir dari artikel Kompas.com (Surya Malang grup) Makna di Balik "Gitu Aja Kok Repot" Menurut Sahabat Gus Dur (12/01/2017) yang kemudian ditirukan khalayak.

Masih melansir Kompas.com kali ini di artikel yang lain berjudul Selamat Ulang Tahun, Gus Dur! (07/09/2017) perayaan ulang tahun Gus Dur terjadi 2 kali dalam setahun; yakni tiap 4 Agustus dan 7 September.

Sehingga masyarakat sering menggelar Gus Durian pada 4 Agustus untuk merayakan hari bahagia Bapak Bangsa ini.

Di artikel itu juga dituliskan sebuah wawancara dengan Gus Dur yang diangkat harian Kompas pada 8 Agustus 1990.

"ltu sebabnya saya tidak heran kalau orang-orang pada bingung kapan tepatnya saya lahir. Karenanya, terserah penafsiran oranglah," ujar Gus Dur tersenyum sambil menyebut tanggal lahirnya adalah 4 Agustus 1940.

Kisah Gus Dur Sering Tidur saat Rapat Tapi Kemudian Tanggapannya 'Nyambung' 

Tidur merupakan aktivitas di mana manusia tidak sadar terhadap apa terjadi di sekelilingnya. Namun, hal ini berbeda dengan tidur KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur, lahir 7 September 1940 - wafat 30 Desember 2009) yang dinilai banyak kalangan menyimpan misteri.

Misteri yang dimaksud ialah, meskipun dalam kondisi tertidur ketika diskusi, rapat, musyawarah, dan lain-lain, Gus Dur justru mampu menanggapi dengan tangkas dan cerdas pembicaraan di forum. Persis seperti orang yang terjaga padahal dirinya terlelap ketika forum berlangsung.

Awalnya, tidak sedikit orang yang tidak menyukai perilaku Gus Dur tersebut karena dianggap kurang sopan dan tidak etis. Namun, justru ketika Gus Dur mampu menanggapi musyawarah secara brilian setelah terlelap, orang-orang tersebut berbalik kagum, hormat, dan menyukai Gus Dur.

Tidur Gus Dur ini terjadi bukan di forum biasa. Putra sulung KH Wahid Hasyim ini pernah terlelap di pertemuan internasional dengan pemimpin tertinggi Iran, sidang paripurna, rapat pleno di DPR, dan forum-forum besar lainnya.

KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) yang merupakan sahabat karib Gus Dur mengungkapkan misteri tidur Gus Dur yang kerap memahami pembicaraan orang-orang di forum meskipun dirinya terlelap. Cerita ini ia dapatkan langsung dari Gus Dur ketika orang-orang ramai membicarakan tidurnya.

Saat orang-orang terkesima, Gus Mus justru menanggapinya biasa-biasa saja, tidak ada yang aneh, tidak ada juga yang tak masuk akal perihal misteri tidur Gus Dur ini. Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang ini mengungkapkan bahwa kecerdasan Gus Dur justru terletak pada kesiapan dirinya menghadapi forum-forum besar.

Gus Mus berkata: “Tak ada yang aneh jika Gus Dur bisa seperti itu. Tak ada yang tak masuk akal. Gus Dur punya siasat dan bisa dipahami. Manakala menerima undangan untuk diskusi, seminar, simposium, dialog, atau konferensi, dan sejenisnya, Gus Dur lebih dulu mencari tahu siapa saja pembicaranya.

Lalu Gus Dur mempelajari pikiran-pikirannya, perspektifnya, dan gagasan-gagasan yang pernah disampaikannya, baik dalam karya-karya tulisnya maupun ceramah-ceramahnya. Nah, dari membaca semua itu, Gus Dur menangkap apa yang akan dibicarakan dan disampaikan para pembicara atau narasumber itu kelak.”

Gus Mus menirukan Gus Dur: “Paling-paling tak jauh dari itu juga.” (KH Husein Muhammad, Gus Dur dalam Obrolan Gus Mus, 2015)

Fenomena Gus Dur ini dalam perspektif ilmu sastra dan retorika ada teori bernama bara’ah al-istihlal. Dalam tradisi keilmuan pesantren, teori ini terdapat dalam kitab Al-Jauhar al-Maknun, tentang balaghah, sastra Arab.

Inti teori ini menurut KH Husein Muhammad dalam bukunya Sang Zahid: Mengarungi Sufisme Gus Dur (2012) ialah pembicara biasanya akan mewakili pikirannya dengan mengungkap substansi yang akan diurainya kemudian. (Fathoni/NU ONLINE)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved