Malang Raya
Mahasiswa ITN Malang Asal Palu Diminta Keluarganya Fokus Kuliah Pasca-gempa
Kata dia, sejak empat tahun terakhir ia dan kakaknya serta sepupunya tinggal di Kecamatan Tatanga, Kota Palu.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Akrim Syamsudin, mahasiswa semester 3 prodi Geodesi dan Ariel Abdullah, mahasiswa semester 1 Teknil Sipil ITN Malang asal Palu diminta keluarganya konsentrasi kuliah di Malang.
Hal ini pasca terjadinya bencana gempa dan tsunami di Kota Palu, Sulawesi Tengah.
"Alhamdullilah sudah bisa menghubungi keluarga. Saya diminta konsentrasi kuliah dan dilarang pulang karena lebih aman di Malang," jelas Akrim pada SURYAMALANG.COM, Rabu (3/10/2018).
Kata dia, sejak empat tahun terakhir ia dan kakaknya serta sepupunya tinggal di Kecamatan Tatanga, Kota Palu.
Sedang orang tuanya berada di Kabupaten Morowali namun juga kena gempa. Palu-Morowali jika perjalanan darat butuh waktu 11-12 jam.
"Tapi kakak tidak apa-apa. Memang ada kerusakan rumah. Jalanan juga rusak," kata Akrim yang tahu pertama kali kondisi di Palu lewat grup WhatsApp SMP.
Temannya yang berada di tempat tinggi berhasil merekam lewat kamera handphone dan dibagikan. Masa paling berat adalah saat tidak tahu kabar keluarganya. Bahkan ia tahu kabar kakaknya dari teman kakaknya di Yogyakarta.
"Hampir semua mengalami ini di mana tidak tahu kondisi langsung keluarga karena tak ada jaringan telepon selular," papar dia.
Sehingga tahunya lewat link-link sehingga agak lama menunggu hasilnya.
Untuk saat ini, ia tetap di Malang karena akses ke Palu juga sulit. Ia mengibaratkan perasaannya adalah badan dan jiwanya di Malang. Tapi pikirannya di Palu.
"Selama ini saya tinggal di Malang senang. Hawanya sejuk. Bahkan bisa kedinginan. Kalau di Palu panas sekali," terangnya.
Ia sempat memikirkan biaya kuliahnya akibat bencana ini.
"Saya sempat sumpek. Masak saya harus berhenti sampai di sini? Padahal saya sedang semangat kuliah," kata Akrim.
Sedang Ariel juga diminta keluarganya fokus kuliah di Malang. "Saya baru dua bulan di Malang," jawab Ariel. Ia tahu ada bencana itu lewat berita online.
"Di Palu itu biasa dapat gempa. Sebulan dua kali. Tapi begitu tahu kekuatan gempa 7,7, saya ya panik," ujar Ariel, warga Kecamatan Mantikulore, Kota Palu.
Semalaman ia tidak tidur karena belum berhasil menghubungi keluarganya. Namun ternyata selamat. Keluarganya kini mengungsi ke Kabupaten Luwuk, kira-kira 11 jam dari Kota Palu.
Dari hasil percakapan dengan ayahnya yang PNS Dinas Bina Marga kesulitan mencari BBM. Ia menyatakan akan fokus kuliah karena tidak boleh ke daerahnya karena kondisinya. Dijelaskan Akrim, jumlah mahasiswa Sulteng banyak di Malang. Terbanyak kuliah di UB dan UMM.
Sisanya menyebar ke sejumlah PTS seperti ITN dan Unmer. Dari orda mahasiswa Sulteng sudah mengirimkan logistik lewat kapal laut dan sekaligus pulang. Isinya antara lain beras dan pakaian. Yang kurang seperti susu bayi.