Malang Raya
Kisah Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Keluar dari Palu Usai Gempa dan Tsunami
Dr Estu Widodo senang bisa kembali ke rumahnya di Perumahan Muara Sarana Indah (MSI), Dau, Kabupaten Malang.
Penulis: Benni Indo | Editor: Zainuddin
Estu hanya bisa tiduran samping kasur sambil jaga-jaga bila terjadi gempa susulan.
“Saya hanya bisa berdoa. Saya sempat merasa bahwa hidup saya akan berakhir,” ungkapnya.
Meskipun tidak ada sinyal, dia sempat mengirim pesan kepada istrinya.
Estu minta agar keluarga ikhlas bila dia tidak bisa pulang dengan selamat.
Lulusan S1 Universitas Negeri Jember (Unej) ini bertahan selama 12 jam di kamar hotel.
Estu keluar dari hotel dengan cara memecah jendela dan menggunakan gorden kamar yang disambung menjadi panjang.
Dia mengikat gorden itu di kursi, dan ditahan oleh kasur.
“Kalau diikat di tembok, saya khawatir ambrol dan bangunannya menimpa saya,” urainya.
Sembari menyelamatkan diri, Estu sempat membawa barang pribadinya yang masih bisa diselamatkan, seperti laptop dan beberapa pakaian.
Dia juga mendapat bantuan tangga yang dipasang di dinding luar hotel oleh petugas hotel yang selamat.
“Saat tiba dibawah saya sempat berdiam diri sejenak dan memandangi hotel yang rusak parah,” kenangnya.
Setelah itu Estu berangkat ke Universitas Tadulako (Untad) untuk menjalankan tugasnya dari Kemenristekdikti.
Tak mudah untuk menuju lokasi, karena tidak ada transportasi. Jalanan pun rusak parah.
Akhirnya dia mengendarai ojek untuk menuju lokasi dengan ongkos Rp 125.000.
Setibanya di sana, ternyata acaranya dibatalkan karena ada bencana alam.