Malang Raya

Jelang Penutupan Pangkalan Data Sekolah dan Siswa, Antre Finalisasi

"Saya sejak jam 11.00 WIB gak bisa masuk," jelas Dewi Maryam, Guru BK MA Attaroqqie Kota Malang pada Suryamalang.com, Rabu (23/1/2019).

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: yuli
sylvianita widyawati - suryamalang.com
Menjelang penutupan PDSS untuk SNMPTN sekolah sulit melakukan finalisasi karena antrian, Rabu (23/1/2019). 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Dua hari menjelang berakhirnya pengisian dan verifikasi PDSS (Pangkalan Data Sekolah dan Siswa) pada 25 Januari 2019, mulai banyak sekolah mengirim ke laman pdss.snmptn.ac.id.

Namun diduga banyak sekolah mengirimkan untuk finalisasi secara bersamaan se Indonesia, sehingga sulit masuk.

"Saya sejak jam 11.00 WIB gak bisa masuk," jelas Dewi Maryam, Guru BK MA Attaroqqie Kota Malang pada Suryamalang.com, Rabu (23/1/2019).

Padahal semua data sudah diselesaikan pada Selasa (22/1/2019) lalu. Ada data 59 siswa kelas 12 yang harus dikirimkan.

Diakui Dewi, meski sekolah mengirim data untuk keperluan mendaftar ke SNMPTN, namun siswanya banyak yang yang masih ragu-ragu.

Hal ini karena latar belakang ekonomi keluarga siswa. "Jadi masih plin plan," jawabnya. Karena mayoritas sebenarnya tidak ingin melanjutkan kuliah. Namun sekolah tetap memfasilitasi mengirimkan PDSS agar siswa bisa mendaftar ke SNMPTN.

Ia juga menjelaskan mengenai adanya beasiswa Bidik Misi atau beasiswa lain yang disediakan perguruan tinggi yang bisa diakses. 59 Siswa itu berasal dari kelas bahasa dan IPS.

Sebagian besar siswa sebanyak 38 orang memilih kelas bahasa, sisanya IPS ada 21 orang di kelas IPS. Siswa putra sebanyak 14 orang berada di kelas 12 bahasa.

"Siswa sempat ikut try out UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer) untuk SBMPTN beberapa waktu lalu. Hasilnya kurang memuaskan. Malah setelah itu ragu-ragu apa bisa meneruskan ke perguruan tinggi," paparnya.

Di try out itu ada 80 soal. Namun ia membesarkan hati para siswanya agar hal itu bisa menjadi masukan untuk memgetahui soal yang diujikan di UTBK.

Sementara Kotok Gurito, Kasubag Humas dan Kearsipan UB menyatakan dari sejumlah sosialisasi ke sekolah-sekolah mendapat keluhan mengenai pendeknya waktu pengisian dan verifikasi PDSS.

Hal ini karena memindahkan data manual rapor siswa semester satu sampai 5 di PDSS untuk beberapa mapel sesuai jurusan.

"Datanya ribet. Apalagi jika memiliki siswa banyak. Kemudian masih diverifikasi siswa dulu sebelum finalisasi," papar Kotok terpisah.

Andai semua rapor siswa sudah dalam bentuk e raport, mungkin lebih mudah karena datanya sudah sejak kelas 10.

"Ini saran saja. Sehingga tidak memberatkan sekolah saat PDSS," paparnya. Namun sebagian besar sekolah di Indonesia masih menggunakan rapor manual.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved