Malang Raya

Pantas Sugeng Pelaku Mutilasi Pasar Besar Malang Begitu Sadis, Kata Tetangga Dia Pernah Senekat ini

Sugeng Angga Santoso ternyata orang yang sadis. Ini pengakuan warga yang bertetangga dengan pelaku mutilasi di Pasar Besar Kota Malang Kepribadiannya

Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id/Hayu Yudha Prabowo
Sugeng Angga, tersangka pembunuhan sadis di Pasar Besar Kota Malang saat dibawa polisi. Kanan: Lokasi temuan potongan tubuh Sugeng Angga. Insert: sketsa korban mutilasi 

SURYAMALANG.com, Malang - Pelaku Mutilasi Pasar Besar Kota Malang, Sugeng Angga Santoso (49) sudah diamankan polisi sejak Rabu (15/5/2019) malam.

Sugeng Angga Santoso adalah warga Jodipan Wetan Gang Ill RT 04 RW 06 Kelurahan Jodipan Kecamatan Blimbing Kota Malang yang kemudian ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tersebut.

Penangkapan Sugeng Angga Santoso itu setelah polisi mengerahkan sejumlah anggota, termasuk anjing pelacak untuk mencari tahu pelaku mutilasi yang menghebohkan warga Kota Malang.

Kasus mutilasi Sugeng itu sendiri baru diketahui pada Selasa (14/5/2019) siang. Ini berawal dari bau busuk yang tercium oleh penghuni di Pasar Besar Kota Malang.

Polisi Datangkan Psikiater untuk Periksa Kejiwaan Sugeng Angga Santoso, Pemutilasi Wanita 34 Tahun

Tim Labfor Seret Sugeng Angga Santoso ke Lokasi Mutilasi untuk Cocokkan Keterangan dan Bukti

Kisah Kelam Sugeng, Pelaku Mutilasi di Pasar Besar Malang, Stres Karena Suka Adik Kandung

Beberapa Kejanggalan yang Belum Terungkap di Balik Kasus Mutilasi di Pasar Besar Malang

OOTD Syahrini Main di Sawah Mirip Jalan-jalan ke Mall, Super Mewah, Ini Harga Sandal Jepit & Topinya

Bagaimana Hukumnya Ghibah Atau Ngomongin Orang Saat Puasa? Yuk Tanya Ustaz

Skenario Pacar Settingan ala Vicky Prasetyo Terungkap, Anggia Chan Geram & Mengaku Punya Bukti Kuat

Bau busuk itu tercium warga sekitar pukul 13.00 WIB.

Menurut kesaksian Trisno Harianto, pedagang di Pasar Besar mengatakan, bau itu membuat pedagang heboh.

"Bau busuk itu menyengat dari bawah, karena penasaran kami dengan pedagang sepakat untuk naik ke atas," ujarnya.

Ini Kata Grafolog Mengenai Tulisan-Tulisan Sugeng, Pemutilasi Jodipan

Polisi Gerebek Pesta Miras 1 Cewek Bareng 4 Cowok di Kepanjen, Malang

Hamish Daud Menangis Bacakan Surat Untuk Putrinya, Keceplosan Sebut Panggilan Sang Bayi Padanya

Setelah ditelusuri, ternyata ada potongan tubuh manusia di sana. Warga lantas melaporkan kasus ini ke polisi.

Pantauan SURYAMALANG.com potongan tubuh mayat tanpa identitas itu ditemukan di 3 lokasi berbeda

Potongan tubuh pertama yang ditemukan adalah 2 kaki yang terbungkus kresek putih dengan bercak darah yang masih menempel di tangga sisi timur Pasar Besar.

Tak jauh dari temuan tersebut, ditemukan potongan tangan.

Potongan tubuh yang lain juga ditemukan di kamar mandi.

Di dalam kamar mandi ditemukan tubuh dengan kondisi tanpa kepala, tangan dan kaki setengah.

Video Penemuan Tangan dan Kaki Manusia di Pasar Besar Kota Malang
Video Penemuan Tangan dan Kaki Manusia di Pasar Besar Kota Malang (SURYA.co.id)

Kisah Sedih Asisten Rumah Tangga (ART) yang Diikat di Pohon Oleh Majikannya Gara-gara Masalah Sepele

Profil Perempuan yang Merekam dan Menyebarkan Video Pria yang Ingin Memenggal Kepala Jokowi

Kisah Sedih Asisten Rumah Tangga (ART) yang Diikat di Pohon Oleh Majikannya Gara-gara Masalah Sepele

Heboh Isu Penculikan di Surabaya, Ternyata Siswa TK Ini Dijemput Ayah Kandungnya

Lalu, kepala dari dugaan korban mutilasi itu juga ditemukan di tangga bagian tengah yang terbungkus dua kantong kresek hitam dan putih.

Kapolres Malang Kota, AKBP Asfuri, menerangkan korban mutilasi itu berjenis kelamin perempuan.

Diperkirakan, usia mayat tersebut sekitar 34 tahun.

"Saat ditemukan, mayat hanya memakai celana dalam," ucap Asfuri ketika meninjau lokasi kejadian.

Kepribadian Sugeng di Rumah

Di tempat tinggalnya, Sugeng kerap dikenal sebagai orang yang memiliki gangguan jiwa karena beberapa kasusnya dulu ketika tinggal di Jodipan.

Menurut Narko (51) yang dulu tetangga Sugeng mengatakan, bahwa Sugeng dulunya pernah membakar rumahnya sewaktu tinggal di Jodipan.

Sugeng juga pernah memotong lidah kekasihnya dan memukul kepala ayahnya dengan menggunakan palu.

"Sugeng ini dari dulu selalu bikin gempar warga. Bahkan, Sugeng juga pernah di usir dari sini (Jodipan) sekitar 7-8 tahun lalu," ujarnya.

Narko paham betul dengan Sugeng karena rumahnya berdempetan dengan Sugeng.

Narko mengatakan, bahwa Sugeng memang dari dulu memiliki kelainan.

Tak hanya Sugeng saja, namun beberapa keluarganya juga memiliki sifat aneh seperti Sugeng.

"Amit sewu, sepertinya gangguan ini sudah menggaris di keluarganya.

Buktinya keluarganya saja sudah tidak tahu menahu," ucapnya.

Selama menjadi tetangganya dulu, Narko merasa bahwa Sugeng selalu membuat ulah.

Hingga Narko pernah melaporkan Sugeng ke Polisi lantaran hampir membakar rumahnya pada tahun 2011.

Meski demikian, polisi belum bisa mengurus Sugeng lantaran sugeng pernah masuk Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Lawang.

Hal inilah, yang membuat polisi enggan untuk menangkap Sugeng.

"Sugeng ini kalau berbicara sama orang normal modelnya seperti orang gila.

Tapi, kalau pihak Rumah Sakit Jiwa yang mengajak berbicara dia kayak orang normal.

Itu yang membuat RSJ tidak membawanya," kata Narko.

Sementara itu, Muhammad Luthfi (46), Ketua RW 06 Kelurahan Jodipan mengatakan, bahwa Sugeng dulu merupakan warga Jodipan.

Sugeng dulu tinggal bersama keluarganya di Jodipan bersama dengan kedua orang tuanya.

Setelah rumah yang ditinggali Sugeng dibeli oleh ayahnya Lutfhi, Sugeng akhirnya meninggalkan Jodipan.

"Sekitar 7-8 tahun lalu, rumahnya Sugeng dibeli ayah saya.

Saya juga tidak tahu, kenapa rumah itu sampai dibeli.

Setelah itu, keluarga Sugeng entah tinggal di mana," ucapnya.

Sejak saat itu, Sugeng jarang sekali terlihat bersliweran di kampung.

Sugeng lebih banyak terlihat di pinggir jalan, tepatnya di daerah Jalan Gatot Subroto hingga sekitaran Pasar Besar.

Kata Lutfhi , baru sekitar 5 bulan ini Sugeng kembali terlihat di Jodipan.

Dia tidur di samping rumah kosong yang terletak di Jalan Jodipan Wetan Gang Ill RT 02 RW 06.

Di rumah itu pula, Sugeng menulis beberapa tulisan aneh.

Tulisan yang terdapat di rumah yang ditempati Sugeng di Jalan Jodipan Wetan Gang III, Blimbing, Kota Malang.
Tulisan yang terdapat di rumah yang ditempati Sugeng di Jalan Jodipan Wetan Gang III, Blimbing, Kota Malang. (SURYAMALANG.COM/Rifky Edgar)

Termasuk menyebut nama tuhan dan nama beberapa keluarganya.

"Keluarga Sugeng ini banyak, namun kebanyakan ya amit sewu, memiliki kelainan juga. Seperti yang dialami Sutoyo, kakak Sugeng yang sudah tidak mau tau lagi dengan tetangga kanan kiri," ucapnya.

Kata Lutfhi, Sugeng juga sering berinteraksi dengan anak-anak kecil.

Dia suka menyapa anak-anak, dan anak-anak di sini juga tidak ada yang takut sama Sugeng karena sering diajak bercanda.

Lutfhi mengaku, bahwa di setiap tulisan yang Sugeng tulis di tembok seperti ada kata-kata dendam.

"Entah itu dendam dengan warga, keluarganya, atau merasa seperti dikucilkan setelah diusir oleh warga," terangnya.

Luthfi yang juga pedagang di Pasar Besar Kota Malang ini, sudah menduga jika pelakuny Sugeng ketika melihat tulisan yang ditulis pelaku mutilasi.

Menurut Luthfi, font yang ditulis di tulisan itu, dan kata-kata yang ada ditulisan itu hampir mirip dengan yang ditulis pelaku mutilasi.

"Saya sudah menduga kalau pelakunya itu Sugeng.

Karena setiap hari kalau saya ke masjid pasti melewati rumah yang ditinggali sugeng.

Jadi saya tahu persis," ucapnya.

Di rumah yang kini ditinggali Sugeng itu juga terdapat beberapa tulisan yang dibuat oleh Sugeng.

Sedikitnya ada dua tulisan besar dan beberapa tulisan kecil yang di tulis di tembok putih itu.

Muhammad Luthfi, Ketua RW 06 Kelurahan Jodipan saat menunjukkan tulisan Sugeng yang terdapat di sebuah rumah kosong yang terletak di Jalan Jodipan Wetan Gang Ill, Blimbing Kota Malang. Kamis (16/5).
Muhammad Luthfi, Ketua RW 06 Kelurahan Jodipan saat menunjukkan tulisan Sugeng yang terdapat di sebuah rumah kosong yang terletak di Jalan Jodipan Wetan Gang Ill, Blimbing Kota Malang. Kamis (16/5). (suryamalang.com/Mochammad Rifky Edgar Hidayatullah)

Sejumlah tulisan itu bertuliskan:

"Dendam sang arwah, Sugeng Angga Santoso"

"Melalui para utusan Allah SWT besok kalau aku mati, pembalasannya lebih kejam"

Rumah yang ditinggali Sugeng itu merupakan rumah kosong dan Sugeng biasa tidur di samping rumah tersebut

(Rifky Edgar/Aminatus Sofya)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved