Kabar Madiun
Guru SMKN di Madiun Raih Penghargaan Nasional, Ciptakan Paving Block Penangkal Banjir dari Limbah
Septa menciptakan paving block ramah lingkungan berbahan limbah yang mampu menangkal banjir. Hasil karyanya meraih juara satu pada lomba tingkat nasio
Penulis: Rahadian Bagus | Editor: yuli
SURYAMALANG.COM, MADIUN - Bencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah daerah di Indonesia menginspirasi guru sains SMKN Mejayan, Kabupaten Madiun bernama Septa Krisdiyanto (37) untuk membuat sebuah inovasi penangkal banjir.
Septa menciptakan paving block ramah lingkungan berbahan limbah yang mampu menangkal banjir. Hasil karyanya meraih juara satu pada lomba tingkat nasional.
Inovasinya mengalahkan ratusan peserta lomba Pembelajaran Kesiapsiagaan Bencana Tingkat Nasional yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Ayah dua anak ini juga dinobatkan sebagai Guru Sains Terbaik SMK se- Jawa Timur, oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Septa menuturkan, idenya membuat paving block berbahan limbah terinspirasi dari banyaknya bencana dan kerusakan lingkungan akibat limbah. Ia membuat paving block ramah lingkungan dari limbah kayu.
"Saya melihat banyak terjadi bencana banjir dan tanah longsor. Bencana geo hidrologi berupa geologi yakni tanah longsor dan hidrologinya volume air yang melebar menjadi banjir," kata Septa, Selasa (28/5/2019).
Menurutnya, selama ini masyarakat di pedesaan dan perkotaan menggunakan beton sebagai fondasi dasar jalan. Padahal, paving beton memiliki kelemahan.
Jika volume air meningkat air tidak bisa turun ke bawah karena fondasi menggunakan paving beton. Hal itu mengakibatkan air tidak dapat meresap ke tanah, sehingga menyebabkan genangan dan banjir.
Ia pun terinspirasi untuk membuat paving block yang dapat menyerap air. Septa memilih limbah kayu berupa serbuk bekas gergaji atau grajen kayu sebagai bahan dasar membuat paving block.
Selain itu, ia juga memanfaatkan campuran sepah tebu dan sekam sebagai perekat. "Material bio organik itu saya kolaborasikan dengan agregat pasir, kerikil dan campuran semen tetapi tidak sebanyak seperti biasanya," jelasnya.
Ia mengaku sudah melakukan pengujian dengan cara menuang air ke atas paving block. Hasilnya, air langsung terserap ke bawah dan tidak menggenang di atas.
"Saya beri nama Bio Material Konblok dan Vegetasi," katanya.
Septa menambahkan, dirinya juga mengembangkan paving ramah lingkungan agar bisa mengatasi longsor di sungai. Menurutnya, apabila longsor di sungai dibiarkan maka tanah di sisi kanan dan kiri sungai akan terus tergerus.
Tergerusnya sisi kanan dan kiri sungai, kata Septa, menyebabkan vegetasi dan penguat tanah di sungai hilang. Untuk itu dia membuat paving ramah lingkungan yang dikolaborasikan dengan vegetasi berupa pohon bambu.
"Bambu akaranya kuat, dan bambu ampel tidak besar sehingga tidak merusak struktur tanah. Keberadaan bambu malah menguatkan struktur tanah dan mencegah erosi dan bisa memproduksi oksigen, sehingga ramah lingkungan," jelasnya.