Malang Raya
Kisah Pemulung Temukan Uang Rp 3 Juta hingga Mampu Redam Konflik Sosial di TPA Supit Urang
ratusan pemulung di TPA Supit Urang itu ternyata banyak membantu Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang dalam mengurai sampah.
Penulis: Mochammad Rifky Edgar Hidayatullah | Editor: yuli
SURYAMALANG.COM, SUKUN - Menjadi seorang pemulung bukanlah impian bagi kebanyakan orang.
Setiap harinya, di TPA Supit Urang, Kota Malang, terdapat ratusan pemulung yang mengharapkan nasibnya dari barang-barang bekas.
Mereka mencari sampah-sampah sisa yang bisa diuangkan kembali sebagai mata pencaharian mereka.
Slamet Riyadi (30), misalnya. Warga Jalan Rawisari, Mulyorejo ini sehari-hari memulung di TPA Supit Urang.
Pria yang memiliki satu anak ini, hampir setiap hari mencari botol air mineral untuk dikumpulkan.
Ia mengaku, menjadi pemulung sejak berusia 18 tahun yang kala itu di ajak oleh temannya.
Dalam sehari, ia mengaku mendapatkan tiga sampai empat karung yang nantinya akan ia jual kepada pengepul.
"Tiap satu karung beratnya nggak tentu, tiap hari saya bisa kumpulkan uang Rp 50 Ribu sampai Rp 100 Ribu," ucapnya kepada SURYAMALANG.COM, pada Senin (1/7/2019).
Bahkan, Slamet juga bercerita pernah mendapatkan uang senilai Rp 3 Juta yang berada di dalam amplop.
Uang itu ia dapatkan di dalam tumpukan sampah yang berada di gunungan TPA Supit Urang.
"Masih amplopan dan dalam keadaan basah. Di amplop itu ada tulisan Bank Indonesia," ujarnya.
Di sisi lain, ratusan pemulung di TPA Supit Urang itu ternyata banyak membantu Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang dalam mengurai sampah.
Kasus sampah plastik yang kini menjadi momok masyarakat dibawa oleh para pemulung untuk dijualnya kepada para pengepul.
Keberadaan para pemulung ini ternyata membawa efek bagus bagi Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang.
Kabid Kemitraan dan Pengendalian Lingkungan DLH Kota Malang, Rahmat Hidayat menyebut, ada sekitar 225 pemulung di TPA Supit Urang.
Mereka dibina oleh DLH Kota Malang dan juga diberikan kartu tanda anggota.
"Banyak pemulung di sini, mereka sangat membantu kami. Kebanyakan mereka tinggal di daerah sini dan ada juga yang dari Kabupaten Malang," ucapnya.
• GALERI FOTO - Pemulung Berjasa Kelola 9 Ton Sampah dari Total 527 Ton Sampah per Hari di Kota Malang
Dari jumlah pemulung itu, sebagian besar merupakan warga dari wilayah Kabupaten Malang.
Ia menambahkan, pemberian izin pemulung tersebut karena wilayah TPA Supit Urang sebagian masuk Kabupaten Malang.
"Kebanyakan memang dari Kabupaten Malang, mereka ada yang kontrak di perkampungan bawah sini, ada juga yang menetap di sini," ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga beberapa kali memberikan pembinaan rutin disetiap kegiatan warga.
Pembinaan itu dilakukan apabila ada acara selamatan yang melibatkan petugas DLH untuk memberikan sosialisasi pengolahan sampah.
"Kalau ada selamatan warga itu momen kami dalam melakukan pembinaan, terutama dalam pemilahan sampah antara yang organik dan non organik," imbuhnya.
Di sisi lain, TPA Supit Urang ini juga kerap menimbulkan konflik sosial yang terjadi di masyarakat.
Oleh karena itu, dengan adanya para pemulung yang sebagian besar tinggal di perkampungan sebelum pintu masuk TPA Supit Urang, cukup membantu DLH dalam mengatasi permasalahan tersebut.
"Keberadaan pemulung ini sangat membantu kami dalam meredam konflik sosial yang ada. Di sisi lain banyak warga yang protes karena bau, tapi di sisi lain banyak warga di sana (perkampungan) yang hidupnya mengandalkan TPA Supit Urang ini," tandasnya.