Malang Raya
Wawancara dengan Ketua Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur Perihal Makna Hari Santri Nasional
Wawancara dengan Ketua Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur Perihal Makna Hari Santri Nasional
Penulis: Mochammad Rifky Edgar Hidayatullah | Editor: yuli
Manfaatnya banyak ternyata, dan banyak pula orang-orang yang dulunya penganut paham Radikalisme terus ngaji di sini.
4. Dalam memperingati Hari Santri, untuk di wilayah Jawa Timur acaranya difokuskan di mana saja?
Acara Hari Santri diperingati di dua tempat di Jawa Timur, yakni di Kediri dan di Kabupaten Malang.
Untuk di Kabupaten Malang, acaranya digelar di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen yang akan dimulai pada bakda Isya.
Peringatan Hari Santri akan dilakukan dengan memanjatkan doa untuk para ulama dan pahlawan nasional yang memperjuangkan bangsa Indonesia.
Selain itu, kegiatan lain yang dilakukan ialah istighosah akbar untuk mendoakan bangsa Indonesia.
Untuk itu, kami meminta kepada seluruh masyarakat dari berbagai macam lapisan dan elemen agar datang ke acara Hari Santri.
Karena inilah momen untuk menyatukan seluruh umat dan ulama setelah adanya Pemilu 2019.
Dari dulunya pendukung 01 dan 02, sekarang harus berbaur lagi bersama jadi satu.
Selain itu, nantinya juga akan ada orasi kebangsaan.
Orasi tersebut bertemakan NKRI Harga Mati dengan terus menggelorakan kecintaan kami kepada Indonesia.
Intinya nanti, jangan sampai kita kehilangan identitas bangsa.
Meskipun ke luar negeri, kita tetap harus membawa bangsa Indonesia.
Jangan sampai itu marwah bangsa Indonesia ini hilang.
5. Pesan apa yang ingin disampaikan kyai kepada para pantri dan para pemuda generasi penerus bangsa?
Jangan sampai terpapar dengan radikalisme dan liberalisme
Karena dua produk tersebut merupakan buatan luar negeri.
Radikalisme agama Islamnya dapat merusak nasionalisme. Sedangkan liberalisme, pandangan kemanusiaan yang terlalu bebas, bisa bertabrakan dengan kepentingan nasionalisme.
Kami meminta para santri dan generasi penerus bangsa ini untuk menjunjung tinggi pancasila.
Yaitu dengan menjunjung tinggi agama, kemanusiaan dan nasionalisme.
Jika tiga-tiganya ini berimbang dan harmonis, maka jalannya akan enak.
Untuk itu, kami meminta mereka untuk terus belajar.
Belajar dengan sungguh-sungguh untuk menghadapi tantangan di masa depan yang lebih berat.
Intinya harus survive, dengan mengasah ilmu, mental dan skill yang harus dimiliki untuk masa depan.