Kabar Pasuruan
Firasat Bu Guru Cantik Tewas Tertimpa Atap Sekolah SDN Gentong, Sudah Pamitan 2 Minggu Sebelumnya
Bu guru cantik Savina Arsy Wijaya ternyata sudah berpamitan pada orangtuanya dua minggu sebelum ia mengalami peristiwa maut di sekolah
Penulis: Galih Lintartika | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, PASURUAN - Seorang guru cantik tewas tertimpa atap sekolah saat mengajar di kelas, Selasa (5/11/2019) pagi.
Bu guru cantik yang jadi salah satu korban tewas dalam peristiwa atap sekolah runtuh di SDN Gentong Pasuruan itu adalah Savina Arsy Wijaya, bukan Fina Choironi seperti yang diberitakan sebelumnya.
Savina Arsy Wijaya ternyata sudah berpamitan pada orangtuanya dua minggu sebelum ia mengalami peristiwa yang merenggut nyawanya.
• Deretan Masalah Internal Jelang Arema FC Vs Madura United, Boikot Aremania Hingga Hilangnya Pemain
• Sama-sama Tampil Pincang, Berikut Prediksi Susunan Pemain Arema FC Vs Madura United
• 5 Jejak Terbaru Abdul Aziz Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang yang Hilang, Posting IG
Pihak keluarga sempat menduga-duga firasat yang muncul saat Savina Arsy Wijaya menyampaikan pesan yang merupakan kata pamitnya pada kedua orang tuanya.
Savina Arsy Wijaya sebenarfnya bertatus sebagai guru pengganti di SDn Gentong.
Sebelum meninggal dunia, Savina Arsy Wijaya rupanya sudah memberikan sinyal ke kedua orang tua dan adiknya.

Savina seolah mengisyaratkan ke keluarganya kalau dirinya akan meninggalkan dunia.
Eko Wijaya, ayah Savina selalu bersedih saat mengingat momen itu.
Kepada SURYAMALANG.COM, Eko menyebut, dua minggu sebelum kejadian, Savina sudah berpamitan.
"Saya ingat betul saat dia menyampaikan itu. Intinya ia mengajak saya, mamanya, dan adiknya untuk makan malam. Disitulah, ia berpamitan," kata Eko, Kamis (7/11/2019).
Eko menjelaskan, dalam pertemuan makan malam itu, anak pertamanya ini sudah terang - terangan menyampaikan. Pernyataan mengejutkan anaknya ini membuat istrinya sampai menangis dan stress.
"Kira - kira omongannya seperti ini. Ma, pa, kalau aku seperti mas Febri, mama papa jangan sedih. Boleh sedih tapi jangan berlarut - larut. Makan yang enak seperti biasanya ya," katanya lirih.

Ia pun tak kuasa menahan kesedihannya. Ia tetap berusaha tegar meski matanya berkaca - kaca. Eko tetap melanjutkan ceritanya.
"Setelah pulang itu, dan Savina tidur. Istri cuma bilang, kenapa anakmu tadi. Kenapa dia bilang seperti itu. Ada apa. Saya cuma bisa menenangkan istri saya dan berharap dia tidak memikirkannya," jelasnya.
Dua Minggu kemudian, kata dia, tepat di hari kejadian Savina meregang nyawa.