Berita Malang
Berita Malang Hari Ini Populer, Strategi Reseller Perhiasan Anting Via Instagram & Pelantikan Wabup
Berita Malang hari ini populer, strategi reseller perhiasan anting via instagram dan pelantikan Wabup.
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
Sanusi menyebutkan kini pihaknya tinggal menunggu keputusan dari Kemendagri.
“Kalau tidak ada SK, pelantikan itu tidak ada dasar. Sekarang tinggal dari Kemendagri, kapan SK itu turun.”
“Terakhir, Ibu Gubernur sudah mengajukan ke Kemendagri,” beber pengusaha tebu itu.
Sanusi menduga kemungkinan molornya keluarnya SK itu karena adanya pergantian kepemimpinan di Kemendagri dari Tjahjo Kumolo ke Tito Karnavian.
“Kebetulan bersamaan pergantian Mendagri, ya jadi proses lagi,” kata Sanusi.
Sebelumnya, Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa belum menerima surat keputusan (SK) dari Kemendagri soal pelantikan Sudarman sebagai wakil bupati Malang.
Sebagai informasi, Mohamad Sudarman terpilih sebagai wabup Malang dalam pemilihan di DPRD Kabupaten Malang beberapa waktu lalu.
Kursi wabup Malang kosong setelah Sanusi dilantik menjadi bupati Malang pada 17 September 2019.
3. Penelitian Bunga Telang dan Ciplukan
Dr Budi Waluyo SP MP, dosen di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB) Malang fokus di penelitian bunga telang dan ciplukan.
Ia aktif sebagai konservasi sumber genetik tumbuhan dan tanaman lokal.
“Dari hasil riset, maka inovasinya saya tawarkan ke para mahasiswa. Hasilnya berupa produk,” jelas Budi Waluyo kepada SURYAMALANG.COM, Minggu (7/12/2019).
Beberapa produknya seperti makanan dan minuman. Seperti cokelat yang dipadukan dengan ciplukan.
Bunga telang juga bisa jadi teh atau pewarna alami dipadukan dengan nasi. Sehingga nasinya bisa berwarna biru. Atau ciplukan jadi chipbar.

Menurut dia, bunga telang yang asli Indonesia dan ciplukan sudah dikenali masyarakat.
Dulu kalau ada yang sakit mata, bunganya direndam jadi biru dan diteteskan ke mata yang sakit.
Sedang powder bunga telang sangat terkenal sebagai pewarna alami di Thailand, Vietnam dan Malaysia sebagai paduan nasi.
Warna birunya adalah anti oksidan. Sedang ciplukan ada enam spesies dan masing-masing memiliki kekhasan.
Ada yang tumbuh di sawah-sawah, ada yang di dataran tinggi. Di Jatim ada di Gunung Semeru dan Gunung Buthak.
“Yang di dataran tinggi itu, harga ciplukannya mahal,” paparnya.
Ukuran ciplukan beragam. Yang agak besar seperti tomat biasanya buat salad. Sebutan ciplukan, lanjutnya, juga tidak ada Bahasa Indonesianya.
“Kalau ciplukan Bahasa Jawa. Kalau di Bawean sebutannya kaciputan,” kata doktor alumni Universitas Padjajaran Bandung ini.
Dari penelitian, ciplukan memiliki khasiat anti kanker dan aman dikonsumsi untuk penderita diabetes. Ciplukan juga berpotensi untuk kismis.
“Saya fokus meneliti ciplukan sejak 2009. Sedang bunga telang sejak empat tahun terakhir,” paparnya.
Ada rasa senang bisa fokus pada tanaman itu. Apalagi jika kemudian bisa dikembangkan menjadi produk.
Namun juga ada kesulitannya. Terutama dari bahan penelitian.
“Harusnya penelitian kam tertutup sebagaimana di perusahaan. Tapi karena lokasi penelitian dengan masyarakat, maka kadang ada buah yang kita teliti hilang,” jawabnya.
Sedang tantangan lainnya adalah soal DNA tanaman ciplukan. Yang ternyata satu sama lainnya berbeda.
Ciplukan Sumatera beda dengan di Jawa atau di Papua. Di Jawa pun berbeda-beda.
“Sebagai peneliti, saya harus tahu dan ini sebagai tantangan. Atau ini memang sudah diciptakan Tuhan berbeda-beda,” paparnya.