Kabar Tulungagung
Kisah Hidup Sutarji Kolektor Benda Orang Mati di Tulungagung, Suka Balap Liar dan Akrab dengan Mayat
Kisah Hidup Sutarji Kolektor Benda Orang Mati di Tulungagung, Suka Balap Liar dan Akrab dengan Mayat
Penulis: David Yohanes | Editor: eko darmoko
Ayah dua orang dokter ini awalnya mengambil cungkup makam.
Bangunan kecil di atas makam untuk melindungi makam dari panas dan hujan ini dibawa pulang.
“Pikir saya kalau cungkupnya dibawa pulang hantunya akan datang. Ternya tidak datang juga,” tuturnya.
Kini sembilan cungkup yang diambil dari makam itu menjadi bagain dari koleksi museum antiknya.
Setelah itu aksinya semakin menjadi-jadi, seperti mengambil keranda mayat yang dianggap angker dan menyimpannya sebagai koleksi.
Keranda itu sengaja dibuang karena dianggap membawa sial. Selama 47 hari, ada 43 orang yang meninggal dunia.
Dengan keranda “wingit” itu Sutarji juga sempat melakukan aksi nyleneh.
“Saya pernah tidur di keranda itu, kemudian dibawa ke kuburan saya orang-orang. Ternyata juga tidak bertemu hantu,” katanya.
Hingga akhirnya setiap ada orang kecelakaan dan meninggal dunia, Sutarji mengambil benda yang tersisa atau tertinggal.
Pada akhirnya benda-benda itu hanya menjadi koleksi, dan tidak membuatnya bertemu hantu.
Salah satu aksi nekat Sutarji yang sempat mengundang kekhawatiran warga adalah, mengambil batu punden Desa Aryo Jeding.
Batu punden itu dulunya dianggap sangat angker dan sering dipakai orang untuk nyadran.
Mereka membawa sesajen lengkap dengan ingkung ayam kampung.
“Saya pikir batu kok dikasih ingkung ayam. Akhirnya saya bawa pulang batunya,” terang Sutarji.
Saat itu warga mengingatkan Sutarji, bahwa nyawanya bisa terancam karena ulah roh halus di dalamnya.