Virus Corona di Malang
Penjahit di Malang Raup Berkah di Tengah Wabah Corona, Terima Pesanan Masker dan Hazmat
Ibu 2 anak ini mendapat inspirasi memproduksi masker dan hazmat karena permintaan seorang temannya yang bekerja sebagai perawat
Penulis: Mohammad Erwin | Editor: Dyan Rekohadi
Selain masker, pesanan hazmat atau baju pelindung diri juga terus mengalir. Para pemesan hazmat mayoritas adalah tenaga medis perawat di rumah sakit.
Triana menerima pesanan hazmat made by order atau sesuai permintaan pesaan. Sejauh ini, ia menerima 20 pesanan hazmat dari perawat rumah sakit di Malang Raya.
"Saya juga terima jasa penjahitan hazmat bila ada konsumen yang bawa kain sendiri," terang wanita yang juga produsen permen jahe itu.
Ongkos jasa pembuatan hazmat bikinan Triana tergolong cukup ekonomis.
Harga 1 set hazmat dihargai Rp 85 ribu. Sedangkan bila ada pemesan yang membawa kain sendiri, ia mematok ongkos jahit sebesar Rp 35 ribu per set hazmat.
Membludaknya pesanan masker dan hazmat sejauh ini, membuat pengerjaan produksi yang dilakukan Triana membutuhkan waktu.
"Hazmat ini all size ya ukurannya. Memang buat hazmat ini butuh waktu. Tapi sejauh ini gak ada kesulitan berarti. Cuma, bahan kain spunbond dan karetnya aja yang mulai terbatas. Mungkin banyak permintaan juga," tutur wanita yang mendapat ketrampilan menjahit secara otodidak ini.
Triana menuturkan, sejak mewabahnya virus corona, ia sudah menghabiskan bahan baku 3 roll kain spunbond. 1 roll kain panjangnya 100 meter.
"Sekarang fokus produksi hazmat sama masker. Kalau ada pihak rumah sakit yang memesan juga, ya saya sanggup," papar wanita berusia 45 tahun.
Mewabahnya virus corona malah membuat penghasilan Triana meningkat. Wanita berhijab tersebut dapat meraup omzet kotor senilai Rp 2 juta dalam waktu sepekan.
"Seminggu bisa dapat Rp 2 juta omzet kotornya. Meski cuma kerjakan ongkos jahit saja ya tetap untung," tandasnya.
Capaian penghasilan tersebut dirasakan Triana berbeda dengan omzet yang didapatnya sehari-hari. Bila hanya mengandalkan penghasilan sebagai penjahit baju dan pengrajin tas.
"Satu bulannya omzet kotor gak sampai Rp 5 juta sebelum ada corona ini," beber Triana.