Virus Corona di Malang

Rektor UIN Maliki Malang Berjemur Sambil Diskusi Covid-19, Ajak Ojol, Sopir, Pak Becak & Pedagang

Para nara sumber yang didatangkan sama-sama menyatakan, mendoakan agar Covid-19 segera berlalu dari dunia.

SURYAMALANG.COM/Sylvianita Widyawati
Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Prof Dr Abdul Haris (tengah) berdiskusi dengan sopir ojol, angkot, tukang becak dan penjual sate telur di halaman rektorat, Senin (13/4/2020) terkait Covid-19. 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang Prof Dr Abdul Haris mengisi kegiatan paginya dengan berjemur sambil diskusi di halaman rektorat kampus.

Pada Senin (13/4/2020), ia membuat diskusi dengan topik tentang "Doa Wong Cilik, Covid-19 Segera Berlalu".

Narasumbernya adalah sopir ojek online atau driver Ojol , pengayuh becak, sopir angkot dan penjual sate telur.

Dampak Pandemi Virus Corona, Banyak Warga Tulungagung yang Gadaikan Emas untuk Kebutuhan Sehari-hari

Kicauan Twitter Siwon Choi Berikan Support Indonesia dari Covid-19 Hingga Dantuman Gunung Krakatau

Program Kartu Pra Kerja Dibuka, Pemprov Jatim Sediakan 56 Posko Layanan Pendaftaran di 38 Kab/Kota

Peserta yang mengikuti diskusi terbuka ada yang karyawan kampus, juga orang luar kampus dengan jumlah yang tajk banyak. 

Rektor Abdul Haris sendiri bertindak jadi moderator diskusi.

Para nara sumber yang didatangkan sama-sama menyatakan, mendoakan agar Covid-19 segera berlalu dari dunia. Sehingga mereka juga bisa berkegiatan seperti biasa dan tidak mengalami penurunan pendapatan.

Salah satu nara sumber, Kerok Rustamaji,52, sopir angkot Landungsari-Batu menyatakan karena dampak virus itu, sehari kadang hanya dapat Rp 20.000.

"Saya dapat toleransi dari pemilik angkot untuk tidak memberi setoran. Saya dipinjami angkot agar bisa mendapatkan uang untuk belanja istri di rumah," jawab Kerok dalam diskusi itu.

Hal ini karena kondisi penumpang turun. Apalagi mahasiswa banyak yang libur. Kadang angkotnya juga menerima carteran wisatawan.

Tapi sekarang karena obyek wisata di Kota Batu juga banyak yang tutup, penumpang angkotnya anjlog.

"Sebelumnya ya lumayan. Apalagi ada Jatim Park 3," jelas Kerok yang jadi sopir angkot sejak 23 tahun lalu itu.

Biasanya ia masih punya penghasilan Rp 100.000 per hari.

Rutinitas paginya berangkat jam 06.00 WIB usai menyapu rumah dan mengurus burung-burungnya.

Tapi kalau ia kurang enak badan, maka ia tidak ngangkot. Maka dipastikan ia tidak punya penghasilan. Namun tiga anaknya sudah bekerja.

Sedang Alip Wanto, 31, driver ojol. Ia biasanya mangkal di belakang UIN. Penghasilannya juga menurun.

Halaman
123
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved