Rusuh Aksi I Cant Breathe di Amerika, Cafe Milik Warga Negara Indonesia Ikut Dirusak Massa
Kerusuhan dari aksi I Cant Breathe atas kematian George Flyod meluas hingga merusak kedai kopi milik WNI di Washington DC.
Penulis: Farid Farid | Editor: Adrianus Adhi
WNI di Amerika: Kami aman, namun tetap was-was
Seorang WNI yang menikah dengan orang berkulit hitam, Maria mengungkapkan, kondisi mereka saat ini aman walaupun terjadi gelombang besar demonstrasi di kota tempat tinggalnya, New York.
"Ada protes di dekat rumah, di Bronx, dan tidak anarkis, aman," kata Maria kepada BBC News Indonesia,.
Maria menambahkan, namun kondisi di pusat kota cukup rawan karena aksi kerusuhan terjadi luas di New York.
Terkait dengan tindakan rasial di Amerika Serikat, Maria pernah merasakannya secara langsung.
"Waktu saya pacaran dengan suami, kami dan teman-teman pergi ke bar. Saat saya mengantri beli makanan, ada orang mabuk mau memeluk saya. Lalu teman-teman saya dan suami yang kebanyakan kulit hitam mengelilingi dan melindungi saya.
"Polisi kemudian datang. Bukannya mengamankan pemabuk itu, polisi malah menanyakan apakah saya aman di antara teman-teman saya yang kulit hitam dan pemabuk itu tidak diapa-apakan, malah teman saya yang diintograsi.
"Saya dan keluarga saya dipandang rendah karena hanya fisik. Saya merasakan itu," kata Maria
Sekjen PBB Mendesak Warga Amerika Serikat Ikuti Aksi I Cant Breathe dengan Damai
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mendesak warga Amerika yang melakukan aksi unjuk rasa secara damai.
Sementara pihak kepolisian diminta untuk menahan diri untuk tidak melakukan langkah berlebihan dalam menghadapi demonstran yang memprotes kematian warga kulit hitam, George Floyd.
Hal itu disampaikan Juru Bicara Guterres, Stephane Dujarri menanggapi gelombang demonstrasi warga AS atas kematian Floyd, dalam tahanan polisi di Minneapolis seminggu yang lalu.
Sejumlah demonstrasi damai telah berubah menjadi kerusuhan di banyak kota.
"Keluhan harus didengar, tetapi mereka harus menyatakan dalam cara-cara damai dan otoritas harus menahan diri dalam menghadapi demonstran," ujar Dujarric kepada wartawan, seperti dilansir Reuters, Selasa (2/6/2020).
"Di AS, seperti di negara lain di dunia, keragaman adalah kekayaan dan bukan ancaman, tetapi keberhasilan masyarakat yang beragam di negara manapun membutuhkan investasi besar-besaran dalam kohesi sosial," katanya.