Revolusi Industri 5 0, Ketika Teknologi Industri Bertemu Dengan Humanisme, Swasta Justru Sudah Siap

Era Society 5.0 nantinya akan menyempurnakan era revolusi industri 4.0 yang dinilai tidak manusiawi masyarakat dan tidak menghargai masyarakat

SURYAMALANG.COM/Mochammad Rifky Edgar Hidayatullah
Suasana webinar di YouTube Harian Surya TV yang mempertemukan antara Rektor Universitas Ma Chung Malang bersama Wakil Pemimpin Redaksi Harian Surya Tri Mulyono dan News Editor Harian Surya, Hesti Kristanti, Jumat (21/8/2020). 

Secara garis besar, Alumni S2 Unair tersebut menjelaskan, bahwa revolusi industri adalah perubahan besar cara manusia memproduksi barang dan pelayanan jasa.

Akan tetapi, dia menilai bahwa perubahan besar itulah yang menimbulkan sebuah kegelisahan atau kekhawatiran yang besar pula.

Kekhawatiran yang dimaksud ialah tergerusnya secara perlahan hakiki kemanusiaan itu sendiri dari kemajuan sebuah teknologi.

Hal tersebut memunculkan sebuah potensi yang dapat mereduksi dan meminggirkan manusia oleh ciptaannya sendiri.

Oleh karenanya, Murphy beranggapan bahwa hal tersebut membutuhkan sebuah solusi agar kemajuan teknologi tetap bersahabat dengan manusia.

Bukan malah menjadi ancaman yang akan menyingkirkan manusia di kemudian hari.

"Jadi teknologi harus berkolaborasi dengan manusia untuk memanfaatkan yang lebih besar. Itulah lonjakan pikir revolusi di dalam revolusi industri 5.0 yang dikritisi oleh Pemerintah Jepang yang kaya dan penuh inovasi," ungkapnya.

Dia menyampaikan, Pemerintah Jepang kini telah mengimplementasikan era society 5.0 di dalam kehidupan masyarakat.

Di mana ilmu dan teknologi di Jepang tersebut kini dibuat agar lebih humanis dengan menciptakan sebuah kolaborasi dengan manusia.

Seperti pengiriman barang dengan menggunakan drone tanpa awak, hingga penggunaan teknologi robot yang membantu masyarakat dalam urusan rumah tangga.

"Sebenarnya hal itu bisa ditiru di Indonesia. Karena Indonesia memiliki penduduk dalam jumlah besar, tetapi dengan pengetahuan dan pendidikan yang tidak merata, maka era society 5.0 adalah faktor komplemen keberhasilan revolusi industri 4.0," ucapnya.

Sementara itu, Tri Mulyono, Wakil Pemimpin Redaksi Harian SURYA sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Rektor Universitas Ma Chung Malang tersebut.

Dia mengatakan, bahwa revolusi industri merupakan perubahan cara hidup dan cara revolusioner dengan mengandalkan kecepatan.

Yang artinya bagaimana masyarakat harus dengan cepat merespon dan beradaptasi terhadap segala perubahan. Terutama di dalam revolusi industri itu sendiri.

"Sebenarnya antara era 4.0 dan era 5.0 memiliki perbedaan mendasar. Di era 4.0 semua informasi di ruang fisik terakumulasi lalu dianalisis melalui kecerdasan buatan. Namun di era 5.0 dikembalikan ke ruang fisik dan dikembalikan ke manusia," ucapnya.

Halaman
123
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved