Berita Tulungagung Hari Ini
TKI di Arab Saudi Warga Tulungagung Diduga Menjadi Korban Perdagangan Orang, Kini Tengah Sakit
Kini kondisi DK kian memprihatinkan. Dia dalam kondisi sakit, namun harus terus bekerja rata-rata 12 jam setiap hari tanpa libur
Penulis: David Yohanes | Editor: Dyan Rekohadi
“Janji katanya tipsnya banyak, internet gratis, bahan makanan murah, semuanya bohong,” keluh DK.
Gaji yang diterima sebesar 1300 Riyal Saudi kotor.
Padahal gaji terendah di Arab Saudi adalah 1500 Riyal Saudi.
Dengan kondisinya saat ini, DK berharap bisa lekas pulang.
Sebab menurutnya, dengan gaji yang diterima saat ini lebih baik bekerja di Indonesia.
Namun ia terkendala kelengkapan dokumen yang banyak dipalsukan, seperti perjanjian kerja (PK) dan visa.
Visa yang dipegang DK bukan atas nama majikan, dan itu pun sudah mati enam bulan lalu.
“Jadi majikan beli, istilahnya visa kosong ke orang lain. Kemudian diisi dengan nama saya,” ungkapnya.
Agar bisa pulang, majikan minta tebusan sebesar 4000 Riyal Saudi.
Uang itu nantinya dipakai untuk denda visa yang sudah mati, dan menerbitkan exit visa.
Majikan tidak mau menanggung biaya itu dan meminta perusahaan pelaksana penempatan yang membayar.
“Majikan ini menungga transfer dari perusahaan yang ada di Jakarta. Sejak 11 Agustus sampai sekarang belum dibayar,” ucap DK.
Masih menurut DK, ada enam warga Tulungagung yang mengalami nasib serupa.
Dua di antaranya sudah dipindah ke majikan lain, di sebuah toko roti.
Sedangkan DK saat ini bersama dua teman seangkatannya, juga berkumpul dengan satu warga Tulungagung yang empat tahun tidak bisa pulang.
“Kondisinya sama, mau pulang dipersulit sama majikan,” pungkasnya.