Tanggapan Bu Risma Soal Settingan Blusukan dan Fakta di Lapangan, Apakah Kastubi & Faisal Pemulung?

Tanggapan santai Bu Risma soal settingan blusukan dan fakta di lapangan, apakah Kastubi dan Faisal benar pemulung? topik ini sampai viral di Twitter

Penulis: Sarah Elnyora | Editor: eko darmoko
YouTube Kompascom Reporter on Location
Bu Risma saat blusukan sejumlah titik di DKI Jakarta 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Menteri Sosial Tri Rismaharini atau akrab disapa Bu Risma memberi tanggapan soal settingan.

Tuduhan ini tidak lepas dari foto-foto Bu Risma blusukan di Jalan Sudirman, Jakarta beberapa waktu lalu. 

Aksi Bu Risma blusukan tersebut dinilai cuma rekayasa belaka setelah netizen menemukan beberapa temuan. 

Terkait tudingan settingan itu, Bu Risma pun menanggapinya dengan santai.

"Saya ndak kenal, saya mau ke Jakarta tuh mau ke mana, maksudnya saya ndak hafal jalannya. Gimana mau nyetting?" kata Bu Risma saat kunjungan kerja di Balai Rehabilitasi Sosial Eks Gelandangan dan Pengemis Pangudi Luhur, Bekasi, Jumat (8/1/2021) dikutip dari Kompas.com artikel 'Cerita Risma soal Berangkat Kerja lewat Jalur yang Berbeda-beda, Sempat Diancam Dibunuh'.

Walau dianggap rekayasa, Bu Risma mengaku tak akan keberatan jika harus kembali membantu pemulung-pemulung yang dia temui saat beraktivitas di Jakarta.

Baca juga: Fakta Annisa Hasim Digadang-gadang Pemeran Catherine Adik Angga, Bagaimana dengan Sarah Azhari?

Hari pertama berdinas sebagai Menteri Sosial, Tri Rismahirini alias Risma menemui seorang pemulung di kawasan aliran Sungai Ciliwung, belakang kantor Kementerian Sosial
Hari pertama berdinas sebagai Menteri Sosial, Tri Rismahirini alias Risma menemui seorang pemulung di kawasan aliran Sungai Ciliwung, belakang kantor Kementerian Sosial (TRIBUNNEWS.com/TAUFIK ISMAIL)

Pertemuan Bu Risma dengan dua pemulung yang bernama Kastubi dan Faisal Tanjung ini dianggap sebuah rekayasa karena beberapa hal.

Pertama, Kastubi yang dituding sebagai penjual poster Soekarno di Jalan Minangkabau, Menteng, Jakarta Pusat, dan Faisal yang disangka mempunyai smartphone.

Kompas.com pun menelusuri kebenaran informasi itu.

Pertama, pria bernama Kastubi yang ditemui Bu Risma sedang tertidur di depan sebuah ruko bukanlah penjual poster di Jalan Minangkabau.

Kastubi adalah seorang pemulung.

Baca juga: Kakek, Anak dan Cucu Berusia 3 Tahun Tewas Ditabrak Truk di Jember, Korban Jalan Berlubang

Potret Bu Risma mendatangi pemulung
Potret Bu Risma mendatangi pemulung (Youtube Kompascom Reporter on Location)

Kastubi mengaku bertemu Bu Risma saat sedang tertidur di depan sebuah ruko beralaskan kardus.

Setelah itu, dia dibawa Bu Risma makan di kantin Kemensos dan kemudian dibawa ke Balai Kemensos di Bekasi.

Saat ini, dia masih tinggal di situ.

Sementara itu, pedagang poster Soekarno di Jalan Minangkabau yang disebut warganet bertemu Bu Risma bukanlah Kastubi.

Pria itu bernama Nur Saman yang sehari-hari juga bekerja sebagai pemulung.

Secara fisik, pria ini memang mirip dengan Kastubi.

Sama-sama memiliki rambut putih panjang, sebelum rambut Kastubi dipangkas saat masuk ke Balai Kemensos.

Namun, jika dilihat secara saksama, pria ini bukanlah orang yang sama dalam video viral saat Risma blusukan.

Terdapat perbedaan ciri fisik, seperti kumis yang lebih tebal dan bentuk hidung.

Dari penuturan Nur Saman, dia mengaku hanya sekilas melihat kedatangan Risma saat ada seorang pejabat tiba-tiba datang melakukan razia ke pemulung-pemulung di Jalan Sudirman.

Dia hanya ingat pejabat berbaju putih yang kata rekan-rekannya adalah Risma.

Namun, dia sama sekali tak mengenal sosok Risma.

Bu Risma saat blusukan sejumlah titik di DKI Jakarta
Bu Risma saat blusukan sejumlah titik di DKI Jakarta (YouTube Kompascom Reporter on Location)

Setelah razia itu, dia dan pemulung lain juga tak ada yang dibawa.

Nur Saman masih tinggal di trotoar jalanan di sekitar Jalan Minangkabau, Menteng, yang disebut warganet tempat dia berjualan poster Soekarno.

Padahal, pemilik dan penjual poster itu adalah Doni BK yang kebetulan memang mengenal Nur Saman.

Sehingga, saat Kompas.com menanyakan soal sosok pria berambut putih yang bertemu Risma, dia pun menunjuk Nur Saman.

Sedangkan sosok Faisal yang disebut memiliki ponsel oleh warganet juga adalah seorang tunawisma.

Faisal mengaku yang dipegangnya bukanlah ponsel. Dia tak memiliki ponsel.

Barang yang dikira ponsel sebenarnya adalah walkman yang suka ia gunakan untuk mendengar siaran radio.

  • Pendapat pengamat politik

Sebelumnya, Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menilai aksi blusukan yang dilakukan Menteri Sosial Tri Rismaharini sebetulnya wajar saja.

Akan tetapi, Adi Prayitno mengingatkan agar Risma jangan hanya sibuk di DKI Jakarta.

Adi Prayitno mengatakan ada 33 provinsi lain yang juga perlu diperhatikan Bu Risma.

"Terlepas dari kontroversinya, blusukan ini sebetulnya bagus."

"Tapi blusukannya jangan hanya di Jakarta. Tunjukkan juga di Papua, Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lain," kata Adi saat dihubungi, Kamis (7/1/2021) dikutip dari Kompas.com artikel 'Mensos Risma: Saya Tak Blusukan, Saya hanya Lewat dari Rumah ke Kantor'.

Baca juga: Seusai Jokowi Disuntik Vaksin Covid-19, Raffi Ahmad Masuk dalam Daftar Tokoh yang Mendapatkan Vaksin

Pengamat politik UIN Jakarta Adi Prayitno dalam diskusi 'Demo Mahasiswa Aksi dan Substansi', di D'Consulate Cafe & Lounge, Jl Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Sabtu (28/9/2019)
Pengamat politik UIN Jakarta Adi Prayitno dalam diskusi 'Demo Mahasiswa Aksi dan Substansi', di D'Consulate Cafe & Lounge, Jl Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Sabtu (28/9/2019) (Tribunnews.com/Vincentius Jyestha)

Menurut Adi Prayitno, jika Risma hanya fokus dengan masalah penyandang sosial di DKI Jakarta, maka tak heran jika muncul isu yang menyebut aksi blusukan itu hanya sebagai pencitraan demi kursi DKI-1.

Adi Prayitno mengatakan, aksi blusukan Bu Risma itu juga harus diiringi dengan penyelesaian masalah yang konkret.

"Janjikan para gelandangan itu hidupnya akan layak."

"Dikasih tempat tinggal, dikasih pekerjaan, dikasih bantuan."

"Jadi blusukannya tidak melulu dituding pencitraan atau sekadar jadi tangga menuju Pilkada DKI Jakarta," ujarnya.

Jika Risma mampu melakukan itu, Adi Prayitno yakin publik akan menghormati kinerja Risma sebagai Mensos dan memahami bahwa blusukan memang merupakan gaya kepemimpinannya.

"Saya kira publik akan memahami bahwa Risma bukan blusukan untuk DKI Jakarta."

"Tapi murni merpresentasikan dirinya sebagai Mensos yang memang gaya dan style politiknya blusukan," tuturnya.

Hal ini pun menimbulkan kritikan. Salah satunya dari politisi Fahri Hamzah yang mengingatkan Risma bahwa kerja menteri berbeda dengan Wali Kota.

Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta Mujiyono juga menilai, blusukan tersebut dikemas berlebihan sehingga terlihat tidak elok di mata publik.

"Jangan lebay aja, dikemas berlebihan norak jadinya. Yang dilakukan Bu Risma termasuk kategori berlebihan," ujar Mujiyono dikutip dari artikel 'Blusukan Risma Dikritik, Fraksi PDI-P: Saya Harap Politisi Bersikap Dewasa'.

Sementara Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan tunawisma yang ditemukan oleh Risma di jalanan Ibu Kota merupakan gelandangan musiman.

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 di Jatim Mulai Pekan Depan, Nakes Jadi Prioritas

Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Demokrat Mujiyono
Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Demokrat Mujiyono (dok Fraksi Demokrat DPRD DKI Jakarta via WartaKota.com)

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, lanjut Ariza, tidak tinggal diam dan sudah melakukan berbagai upaya untuk menghilangkan gelandangan dari Jakarta.

Secara terpisah, Pelaksana Harian Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi mengatakan para tunawisma di Jakarta umumnya memiliki rumah di kampung halaman masing-masing.

Pemkot Jakarta Pusat telah memulangkan mereka berkali-kali, namun gelandangan terus berdatangan ke Ibu Kota.

Sejak dipilih Presiden Jokowi sebagai Menteri Sosial (Mensos), Tri Rismaharini langsung gerak cepat dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Mantan Wali Kota Surabaya ini pun rutin menlakukan blusukan ke sejumlah wilayah di Ibu Kota.

Aksi perempuan yang akrab disapa Bu Risma ini pun menuai banyak kritik.

Kritik ini salah satunya datang dari kalangan politisi Tanah Air.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved