Bahaya Awan Cumulonimbus Bagi Dunia Penerbangan, Diduga Jadi Penyebab AirAsia hingga Garuda Jatuh
Ini bahaya awan cumulonimbus bagi dunia penerbangan, diduga penyebab AirAsia hingga Garuda Indonesia jatuh, bagaimana dengan Sriwijaya?
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.COM, MALANG - Bahaya awan cumulonimbus bagi dunia penerbangan sering dikaitkan dengan kecelakaan pesawat yang pernah terjadi.
Sebut saja AirAsia yang jatuh tahun 2014 hingga Garuda Indonesia yang mendarat darurat diduga terjadi akibat awan cumulonimbus.
Awan cumulonimbus sendiri memiliki bentuk awan vertikal menjulang sangat tinggi, padat, dan di dalamnya mengandung badai petir serta cuaca dingin, sebagaimana dilansir dari wikipedia.
Jika melihat dari kekuatan hempasannya, awal cumulonimbus jelas berbahaya sekali.
Berasal dari bahasa Latin, "cumulus" berarti terakumulasi dan "nimbus" berarti hujan.

Awan ini terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan atmosfer.
Awan-awan ini dapat terbentuk sendiri, secara berkelompok, atau di sepanjang front dingin di garis squall.
Awan ini menciptakan petir melalui jantung awan.
Awan terbentuk dari awan kumulus (terutama dari kumulus kongestus) dan dapat terbentuk lagi menjadi supersel, sebuah badai petir besar dengan keunikan tersendiri.
Adapun tragedi kecelakaan pesawat yang terjadi yang disebabkan oleh awan Cumulonimbus sebagai berikut seperti dikutip dari TribunStyle.com artikel 'Tragedi AirAsia, Adam Air, Garuda, Sriwijaya Air, Ini Alasan Awan Cumulonimbus Bahayakan Penerbangan'.
- AirAsia

Pesawat AirAsia QZ 8501 mengalami kecelakaan yang penyebabnya diduga menghindari awan pada akhir tahun 2014 lalu.
Kala itu, diketahui sang pilot melaporkan akan menghindari awan Cumulonimbus dengan berbelok ke arah kiri dan kemudian minta izin menaikkan ketinggian pesawat menjadi 38.000 kaki dari posisi awal 32.000 kaki.
Semenit berselang, ATC Bandara Soekarno-Hatta kehilangan kontak dengan pesawat yang dikemudikan Kapten Irianto.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan terkait cuaca disepanjang rute yang dilalui Pesawat AirAsia yang hilang kontak tersebut.
Menurut BMKG, terdapat awan tebal berjenis di sekitar rute pesawat.