Bahaya Awan Cumulonimbus Bagi Dunia Penerbangan, Diduga Jadi Penyebab AirAsia hingga Garuda Jatuh
Ini bahaya awan cumulonimbus bagi dunia penerbangan, diduga penyebab AirAsia hingga Garuda Indonesia jatuh, bagaimana dengan Sriwijaya?
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
Satu pramugari tewas karena terseret arus sungai, 12 penumpang mengalami luka fatal, dan 10 penumpang mengalami luka ringan.
Analisis dari DFDR menunjukkan, pesawat memasuki daerah dengan cuaca buruk disertai badai.
- Adam Air 574

Kecelakaan pesawat akibat cuaca buruk juga pernah dialami maskapai penerbangan Adam Air.
Pesawat Adam Air penerbangan 574 mengalami kecelakaan pada 1 Januari 2007 silam.
BMKG menjelaskan, pesawat dengan rute penerbangan Jakarta-Surabaya-Manado itu mengalami kerusakan pada alat bantu navigasi yang diakibatkan cuaca buruk.
Pesawat kemudian terjatuh di Perairan Manece, Sulawesi Barat.
Kemudian pada 27 Agustus 2007, Black Box pesawat akhirnya ditemukan.
Kesimpulan dari data yang diperoleh, Adam Air jatuh ke laut menabrak permukaan air laut lalu terbelah menjadi dua.
Kejadian tersebut disebabkan oleh cuaca buruk dan kerusakan alat navigasi.
Setahun berselang, Agustus 2008 beredar rekaman pembicaraan yang konon dari pembicaran terakhir di kokpit Adam Air 574.
Jika rekaman tersebut asli, menurut KNKT, kecelakaan tidak diakibatkan dari kesalahan manusia.
- Sriwijaya Air SJ 182

Belum diketahui apakah cuaca dan awan Cumulonimbus yang menyebabkan pesawat Sriwijaya Air hilang kontak dan jatuh.
Hingga saat ini, tim penyelamat tengah mengevakuasi puing-puing dan jenazah penumpang pesawat rute CGK-PNK.
Dari laporan, pesawat dengan nomor penerbangan SJ 182 itu dilaporkan jatuh di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021).
Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Bagus Puruhito mengatakan, pesawat Sriwijaya Air tidak memancarkan sinyal emergency location transmitter (ELT) ketika hilang kontak.