Jendela Dunia

Harta Rp 4 Triliun Hilang di Tumpukan Sampah, Pemilik Rencana Bikin Sayembara untuk Menemukannya

Harta Rp 4 Triliun Hilang di Tumpukan Sampah, Pemilik Rencana Bikin Sayembara untuk Menemukannya

Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM/Sri Wahyunik
Ilustrasi tumpukan sampah 

Jika uang biasa, pengguna bisa menyimpannya melalui bank (PayPal, BCA, dan lainnya) atau dompet digital (GoPay, DANA, OVO, dan sebagainya) di mana pengguna sewaktu-waktu bisa mengatur ulang kata sandinya ketika lupa dengan melakukan berbagai verifikasi data.

Hal ini berbeda dengan Bitcoin. Pencipta mata uang virtual yang dikenal sebagai Satoshi Nakamoto mengatakan, ide utama Bitcoin adalah memungkinkan siapa pun di dunia untuk memiliki rekening bank digital dan menyimpan uang dengan cara yang tidak dapat dicampuri atau diatur oleh pemerintah.

Jadi hanya pemilik Bitcoin saja yang mengetahui private key sebagai akses ke dompet Bitcoinnya.

Skema inilah yang membuat Bitcoin menjadi mata uang yang berisiko.

Karena sekali pemilik Bitcoin melupakan private key, tidak ada cara untuk mengatur ulang kunci rahasia tersebut.

Banyak orang kehilangan private key

Thomas bukan satu-satunya orang yang tak bisa mengakses private key, karena lupa kata sandi.

Brad Yasar, seorang pengusaha di Los Angeles, juga pernah mengalami hal serupa.

Ia kehilangan private key Bitcoinnya bertahun-tahun yang lalu.

“Selama bertahun-tahun saya menghabiskan ratusan jam mencoba untuk bisa masuk ke dompet tempat Bitcoin berada, tapi sia-sia,” kata Yasar, yang memiliki beberapa komputer desktop yang berisi ribuan Bitcoin yang ia buat, atau dari hasil tambang.

Lain cerita dengan Gabriel Abed, ia kehilangan kehilangan sekitar 800 Bitcoin ketika seorang kolega memformat ulang laptop miliknya pada 2011 lalu, yang mana berisi private key ke dompet Bitcoin.

Menurut firma data cryptocurrency, Chainalysis, dari 18,5 juta Bitcoin yang ada, sekitar 20 persennya diyakini hilang atau berada di dompet digital yang terabaikan, sebagaimana dihimpun KompastTekno dari New York Times, Kamis (14/1/2021).

Jika dikonversi, jumlah Bitcoin yang hilang itu mencapai 140 miliar dollar AS atau kira-kira Rp 1.978 triliun.

Fenomena lupa kata sandi ini, akhirnya mendatangkan berkah bagi layanan servis dompet digital, sebuah bisnis yang membantu menemukan kunci digital yang hilang.

Pihak layanan servis melaporkan setidaknya mereka menerima 70 permintaan recovery password dalam sehari, dari orang-orang yang menginginkan bantuan untuk memulihkan akun mereka.

Jumlah tersebut naik tiga kali lipat dibandingkan bulan lalu.

Sebagai informasi, harga aset kripto Bitcoin (BTC) terus mencetak rekor-rekor baru dalam setahun belakangan.

Pada awal Januari 2021, harga Bitcoin tembus Rp 500 juta per koin.

Secara tahunan, harga Bitcoin sudah mengalami kenaikan lebih dari 400 persen.

Karena tren yang positif ini, banyak pemegang Bitcoin menjadi sangat kaya dalam waktu singkat, bahkan ketika pandemi virus corona telah menghantam ekonomi dunia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Lupa Password, Pemuda Ini Tak Bisa Akses Bitcoin Senilai Rp 3,1 Triliun

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved