Berita Batu Hari Ini
Petani Apel Batu yang Mulai Rasakan Dampak Positif Pakai Obat Mata Ayam Buatan Rudy Mariyanto
Petani asal Desa Bumiaji, Slamet (57) menceritakan pengalamannya menggunakan fungisida temuan Rudy di ladang apelnya yang memiliki luas 7 hektare.
Penulis: Benni Indo | Editor: isy
Sambil tertunduk lesu duduk di tanah ladangnya, Slamet berharap besar panen apel kali ini bisa mendapatkan keuntungan.
Meskipun ia tahu bahwa Rupiah yang ia dapat nanti akan digunakan untuk membayar utang jua.
“Ada banyak utang saya. Kalau buat beli Rubicon bisa dapat dua,” katanya, Rabu (20/1/2021).
Slamet tetap bertahan menjadi petani apel.
Alasannya, karena ia memiliki kebanggaan.
Apel adalah sumber kehidupan baginya, maka tidak mungkin mematikan sumber penghidupannya.
“Penyakit mata ayam itu sendiri nampak ketika apel telah berusia 60 hari. Mulai nampak bintik hitamnya. Sudah dilakukan penyemprotan masih saja tidak mempan. Menggunakan obat apa saja juga tidak ada hasilnya. Terus masih saya rawat secara terus menerus dengan melakukan pengompresan sedikit demi sedikit,” paparnya.
Awal mula Slamet bertemu Rudy melalui perantara temannya.
Ia mengeluhkan kepada temannya akan serangan mata ayam yang tiada henti.
Sudah banyak biaya dan tenaga yang dikeluarkan, namun tidak membuahkan hasil bagus.
“Kota Batu sebagai kota apel itu hanya slogan saja namun pada kenyataannya banyak petani apel yang dibunuh. Salah satunya adalah sangat sulitnya melakukan perawatan apel,” keluhnya.
Kemudian Slamet bertemu Rudy dan membeli fungisida ciptaan lelaki yang telah banyak melakukan penelitian di sektor pertanian tersebut.
Tidak sulit bagi Slamet untuk mendapatkan bahan.
Sekitar dua bulan lalu, Slamet mendapatkan fungisida dan menyemprotkannya ke ladang.
Slamet menjadi petani pertama yang menggunakan fungisida buatan Rudy.