Jendela Dunia
Menelusuri Jejak Dinosaurus 200 Juta Tahun yang Lalu, Migrasi dari Amerika Selatan Menuju Greenland
Menelusuri Jejak Dinosaurus 200 Juta Tahun yang Lalu, Migrasi dari Amerika Selatan Menuju Greenland
Para ilmuwan memeriksa perkiraan sebelumnya yang menunjukkan bahwa sauropoda tiba di Greenland antara 224 dan 205 juta tahun yang lalu.
Akan tetapi, para peneliti dengan susah payah mencocokkan pola magnet kuno pada lapisan batuan di situs fosil di seluruh Amerika Selatan, Arizona, New Jersey, Eropa dan Greenland.
Hasil pencocokkan tersebut menghasilkan perkiraan yang lebih tepat.
Artinya, ini menunjukkan bahwa sauropoda tiba di tempat yang sekarang disebut Greenland sekitar 214 juta tahun yang lalu.
Pada saat itu, semua benua masih bergabung dan membentuk superbenua Pangaea.
Kendati demikian, waktu perjalanan dinosaurus sauropoda menuju Greenland tetap membutuhkan waktu yang cukup lama.
"Pada prinsipnya, dinosaurus bisa berjalan dari hampir satu kutub ke kutub lainnya. Tidak ada lautan di antaranya. Tidak ada gunung besar. Namun itu membutuhkan waktu 15 juta tahun," kata Dr Kent.
Para peneliti meyakini bahwa ada penurunan karbon dioksida (CO2) di atmosfer yang luar biasa dalam sekitar waktu sauropoda akan bermigrasi pada 214 juta tahun yang lalu.
Dan ini, kata ilmuwan bisa menjadi kunci untuk membuka misteri mengapa migrasi sauropoda membutuhkan waktu yang sangat lama.
Hingga sekitar 215 juta tahun yang lalu, periode Trias telah mengalami tingkat CO2 yang sangat tinggi, dengan konsentrasi sekitar 4.000 bagian per juta, sekitar 10 kali lebih tinggi dari kabon dioksida saat ini.
Dalam studi yang telah dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences, para peneliti memperkirakan bahwa tingkat CO2 yang lebih ringan mungkin telah membantu menghilangkan hambatan iklim yang mungkin telah menjebak dinosaurus ini di Amerika Selatan.
Di Bumi, daerah di sekitar khatulistiwa cenderung panas dan lembab, sedangkan daerah yang berdekatan dengan lintang rendah cenderung sangat kering.
Dr Kent dan Prof Clemmensen dalam makalah tersebut memperkirakan bahwa di sebuah planet dengan muatan super CO2, perbedaan antara sabuk iklim tersebut mungkin sangat ekstrem, mungkin terlalu ekstrem untuk dilewati dinosaurus sauropoda.
"Kami tahu bahwa dengan CO2 yang lebih tinggi, kemarau menjadi lebih kering dan cuaca basah menjadi lebih basah," kata Dr Kent.
Kondisi CO2 yang tinggi pada 230 juta tahun yang lalu bisa membuat sabuk iklim yang kering menjadi lebih kering untuk mendukung pergerakan herbivora besar yang perlu makan banyak tumbuhan untuk bertahan hidup.