Berita Tuban Hari Ini
Fakta Baru Desa Miliarder di Tuban, Awalnya Banyak yang Menolak Tapi Akhirnya Uang Miliaran Diambil
Terungkap jika tak sedikit yang menolak penjualan tanahnya untuk pembangunan kilang minyak grass root refinery (GRR), perusahaan Pertamina-Rosneft
Penulis: Mochamad Sudarsono | Editor: Dyan Rekohadi
Lantas uang dari hasil penjualan tanah tersebut di antaranya digunakan untuk beli tiga mobil baru, beli tanah lagi dan ditabung.
"Saya ambil uang di pengadilan karena konsinyasi, ya dulu menolak. Mau tidak mau ya uang kita ambil," pungkasnya.

Sekadar diketahui, lahan warga dihargai appraisal Rp 600-800 ribu per meter, menyesuaikan lokasi.
Kebutuhan lahan untuk pembangunan kilang minyak GRR seluas 821 hektar. Rinciannya, lahan warga 384 hektar, KLHK 328 hektar dan Perhutani 109 hektar.
Investasi kilang minyak dengan nilai 16 miliar USD atau setara 225 triliun itu rencananya akan beroperasi di 2026.
Kilang GRR ditarget mampu produksi 300 ribu barel per hari.
Memang tak semua warga awalnya menolak. ada juga warga yang sedari awal sudah melepas tanahnya.
Seperti Siti Nurul Hidayatin (32) yang melepas tanah miliknya seluas 2,7 hektar dan dihargai Pertamina sekitar Rp 18 miliar, untuk pembebasan lahan.
Dia menjelaskan, jika uang yang didapat tidak melalui konsinyasi atau pengadilan, karena ia menerima di awal tanpa penolakan.

Uang yang diterima dari Perusahaan plat merah itu lalu digunakan untuk beli tiga mobil, deposito, bangun taman pendidikan anak (TPA) dan usaha.
"Dua mobil yaitu innova dan HRV, lalu ada mobil pickup buat usaha. Bangun TPA dan Deposito juga," beber Nurul ditemui di rumahnya, Rabu (17/2/2021).
Agar uangnya terus berputar maka ia berencana akan membuat usaha guna keberlangsungan hidup.
Rencananya, ibu satu anak tersebut bakal membuat konveksi dan ternak ayam petelur. Namun belum terwujud.
"Memang rencana begitu mau buat usaha, tapi belum. Yang sudah beli mobil dan deposit," terangnya.
Ia juga mengungkap bakal memberangkatkan haji sekeluarga.