Breaking News

Ini Pekerjaan Warga Desa Sumurgeneng Tuban Setelah Mendadak Miliarder, Dulu Petani, Kini Berubah?

Bagaimana hidup warga Desa Sumurgeneng Tuban setelah mendadak jadi miliarder? dulu petani, sekarang?

Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
Suryamalang.com/kolase
Pekerjaan Warga Desa Sumurgeneng Tuban Setelah Mendadak Miliarder 

Tain memilih membeli tanah di tempat lain, dan menabungkan uangnya.

Tain tidak menyangka video viral tersebut bakal menyita perhatian warganet.

Padahal awalnya Tain hanya sekadar membagi sebagai bentuk kesenangan karena warga ramai-ramai membeli mobil.

"Saya juga tidak menyangka video viral itu bisa sampai Malaysia," terangnya.

  • Beli mobil tapi belum bisa nyetir

Fakta unik terungkap, beberapa warga pembeli mobil baru ternyata belum bisa mengemudi. 

Wantono (40) mengatakan memang tidak bisa nyetir sebelum membeli mobil jenis Mitsubishi Xpander. 

Sehari-hari ia hanya mengendarai traktor untuk ke sawah. 

Namun, setelah beli mobil ia kemudian diajari temannya hingga akhirnya mulai bisa mengemudi. 

"Memang sebelum beli mobil ini tidak bisa nyetir, setelah beli saya belajar," ujarnya ditemui di rumahnya, Kamis (18/2/2021). 

Sambil meminum air di gelas, bapak satu anak itu berdalih tak butuh waktu lama untuk belajar mengemudi mobil. 

Diakuinya, masih sulit mengendari traktor yang digunakan sehari-hari untuk membajak sawah. 

Meski sudah bisa mengemudi, pria yang mendapat Rp 24 miliar setelah menjual tanahnya 4 hektare itu belum berani mengemudi ke kota. 

"Ya hanya di jalan desa saja mengemudinya, belum berani ke jalan raya ke kota. Saya hanya beli 1 mobil, sisanya beli tanah dan ditabung," pungkasnya. 

Sementara itu, Matrawi (55) warga sekitar juga menyatakan hal sama. 

Dia membeli dua mobil setelah menjual tanahnya 1/2 hektare dan mendapat Rp 3 miliar dari Pertamina

Sebelum membeli mobil, ia juga tidak bisa mengemudikan kuda besi.

Setelah beli mobil Rush dan pickup ia baru belajar. 

"Saya beli dulu baru belajar, sekarang sudah bisa sedikit-sedikit. Belum berani jalan ke kota, di desa dulu," tutup Matrawi. 

Sekadar diketahui, lahan warga dihargai apraisal Rp 600-800 ribu per meter, menyesuaikan lokasi.

Kebutuhan lahan untuk pembangunan kilang minyak GRR seluas 821 hektare.

Rinciannya, lahan warga 384 hektar, KLHK 328 hektar dan Perhutani 109 hektare.

Investasi kilang minyak dengan nilai 16 miliar USD atau setara 225 triliun itu rencananya akan beroperasi di 2026.

Kilang GRR ditarget mampu produksi 300 ribu barel per hari.

Penulis: Sarah Elnyora/Editor: Adrianus Adhi/SURYAMALANG.COM.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved