Inspirasi Usaha

Pemuda Blitar Tetap Cuan Puluhan Juta dari Jual-Beli Motor Lawas

Irfan Nur Fajar Nazaruddin menjadi kolektor sepeda motor lawas yang juga untuk diperjualbelikan atau biasa disebut kolekdol dengan omzet puluhan juta

Penulis: Samsul Hadi | Editor: isy
samsul hadi/suryamalang.com
Koleksi puluhan sepeda motor lawas milik Irfan diparkir di halaman belakang rumah orangtuanya di Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar. Dari penjualan motor lawas tersebut membuat Irfan tetap memiliki penghasilan di masa pandemi. 

Berita Blitar Hari Ini
Reporter: Samsul Hadi
Editor: Irwan Sy (ISY)

SURYAMALANG.COM | BLITAR - Hobi menjadi ladang rezeki.

Kalimat itu pas untuk menggambarkan bisnis yang ditekuni Irfan Nur Fajar Nazaruddin (26). 

Dari semula penggemar Vespa, kini Irfan menjadi kolektor sepeda motor lawas yang juga untuk diperjualbelikan atau biasa disebut kolekdol dengan omzet puluhan juta per bulan. 

Puluhan sepeda motor lawas diparkir rapi hampir memenuhi rumah orangtua Irfan di Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Kamis (1/4/2021). 

Sejumlah sepeda motor pabrikan rata-rata keluaran 1970-1990 itu terlihat parkir berjajar mulai halaman depan, ruang tamu, sampai di halaman belakang rumah orang tua Irfan. 

Puluhan sepeda motor lawas itu koleksi milik Irfan yang juga untuk diperjual belikan bagi penghobi motor klasik. 

"Sekarang, saya punya 40-an unit sepeda motor. Rata-rata keluaran 1970-1990," kata pria lajang itu. 

Koleksi sepeda motor lawas Irfan, mulai Yamaha V75, Yamaha V80, Honda C70, Honda Super Cub, Astrea 800, Suzuki RC, dan Vespa. 

"Koleksi paling banyak Yamaha V75 dan Yamaha V80. Vespa punya tujuh unit, tapi untuk koleksi sendiri, sayang mau dijual," ujar lulusan jurusan otomotif SMKN 1 Kota Blitar itu. 

Irfan mulai menekuni bisnis jual beli sepeda motor lawas sejak 2016.

Awalnya, dia hanya penghobi Vespa. 

Dari hobi Vespa itu, dia sudah mulai merintis usaha jual beli spare part bekas.

Tapi, pasarnya masih terbatas di kalangan komunitas penggemar Vespa. 

"Saya mulai hobi Vespa pada 2012. Kemudian belajar jual beli spare part bekas Vespa," katanya. 

Selain spare part bekas, Irfan juga mencoba menjual unit untuk Vespa.

Belakangan, harga beli Vespa dari konsumen sudah mahal. 

Akhirnya, Irfan beralih jual beli sepeda motor lawas selain Vespa. 

"Harga beli bahan untuk Vespa sudah mahal, untungnya tipis. Saya coba ganti sepeda motor lawas lain dan ternyata pasarnya juga lumayan," ujarnya. 

Menurutnya, akhir-akhir ini peminat sepeda motor lawas lumayan banyak. 

Para peminat, rata-rata memiliki kenangan dengan sepeda motor lawas dan ingin bernostalgia.

"Atau mungkin dulu mereka ingin beli sepeda motor seperti itu belum punya duit. Sekarang sudah punya duit baru cari sepeda motor lawas. Rata-rata mereka punya kenangan dengan sepeda motor lawas," katanya. 

Dengan bekal tabungan hasil jual beli spare part bekas dan kerja di bengkel mobil, Irfan mulai belanja sepeda motor lawas

Dia berburu sepeda motor lawas lewat media sosial.

Dia mendapatkan barang dari wilayah Kediri, Malang, Surabaya, dan Blitar

Ketika mencari barang, dia memilih unit yang kondisinya masih orisinal dan surat-suratnya lengkap. 

Dia merestorasi lagi sepeda motor lawas menjadi standar asli seperti keluaran pabrik. 

Dia merestorasi sendiri sepeda motor lawas.

Biaya restorasi sekitar Rp 2 juta sampai Rp 7 juta. 

"Biaya restorasi ringan sekitar Rp 2 juta-Rp 3 juta. Kalau biaya full restorasi mencapai Rp 7 juta. Untuk restorasi biasanya tergantung permintaan pembeli," ujarnya. 

Irfan memasarkan koleksi sepeda motor lawasnya juga lewat media sosial. 

Pelanggannya, rata-rata dari luar kota bahkan luar pulau.

Harga jualnya juga bervariasi tergantung kondisi sepeda motor dan kelangkaannya. 

Untuk jenis Yamaha V75 paling murah dijual seharga Rp 3 juta, sedang jenis Honda C70 paling murah dijual dengan harga Rp 7 juta. 

"Saya pernah jual Honda Pispot C50 laku Rp 20 juta. Pembelinya orang Surabaya tanpa menawar. Jenis itu sedikit langka, motor keluaran 1969-1973," katanya. 

Dalam sebulan, Irfan rata-rata mampu menjual 5-10 untuk koleksi sepeda motor lawasnya dengan omzet lebih dari Rp 20 juta per bulannya. 

Bagi Irfan, untuk menekuni bisnis jual beli sepeda motor lawas memang butuh keberanian terutama dalam menyakinkan kedua orang tuanya. 

Awalnya, kedua orang tuanya kurang mendukung dengan bisnis yang dia tekuni, apalagi Irfan masih tergolong muda. 

Orangtuanya sempat meminta Irfan mencari pekerjaan lain yang dianggap lebih menjanjikan. 

"Awal-awal, orangtua kurang setuju, sempat bilang barang rongsokan kok dikumpulkan di rumah. Tapi saya diam saja. Ternyata, hobi apa saja kalau ditekuni bisa menjadi sumber rezeki dan sekarang orang tua mendukung," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved