Berita Blitar Hari Ini

Tempat Kos Plus Salon Jadi Markas Prostitusi Cewek Usia SMP-SMA di Blitar, Rp 300 Ribu Sekali Main

Saat penggerebekan polisi mendapati sepasang pria dan perempuan, empat anak perempuan, dan muncikari di lokasi.

Penulis: Samsul Hadi | Editor: Dyan Rekohadi
KOLASE - SURYAMALANG.COM/Samsul Hadi
ILUSTRASI - BY (40) (Foto Kanan) , muncikari prostitusi online Cewek usia SMP dan SMA di tempat kos sekaligus Salon yang jadi markasnya di Polres Blitar Kota, Rabu (7/4/2021). 

Dari tarif Rp 300.000 itu, para korban mendapat bagian Rp 200.000 dan yang Rp 100.000 menjadi bagian pelaku.

"Pelaku transaksi dengan pelanggan lewat WA. Sedang tempat kencannya bisa di kos pelaku, hotel, atau dibawa ke rumah pelanggan," ujar Yudhi.

Para cewek usia pelajar itu semula direkrut sebagai pemandu lagu, tapi di tahapan berikutnya mereka dibanderol dengan tarif Rp 300 untuk layani pria hidung belang.

BY (40), perempuan asal Kanigoro, Kabupaten Blitar yang ditangkap dan jadi tersangka sebagai mucikari prostitusi cewek SMA itu mengaku sudah menjalankan bisnis esek -esek itu selama setahun terakhir.

 mengatakan modus yang dilakukan pelaku, yaitu, awalnya menawarkan kepada anak-anak yang rata-rata berstatus pelajar menjadi pemandu lagu.

Lalu, anak-anak itu diiming-imingi uang, ponsel, baju, dan sejumlah barang lainnya.

"Pelaku membelikan korban sejumlah barang seperti ponsel dan baju, lalu korban mengganti biayanya dengan cara mengangsur dengan dipekerjakan sebagai PSK oleh pelaku," kata Yudhi saat merilis kasus itu, Rabu (7/4/2021).

Muncikari prostitusi berinisial BY digiring ke sel Polres Blitar Kota, Rabu (7/4/2021). 
Muncikari prostitusi berinisial BY digiring ke sel Polres Blitar Kota, Rabu (7/4/2021).  (SURYAMALANG.COM/Samsul Hadi)

Di sisi lain, BY mengelak jika ia disebut memanfaatkan cewek-cewek di bawah umur itu.

BY mengaku tidak mendapat apa-apa dari hasil prostitusi online anak di bawah umur.

Jatah Rp 100.000 dari tarif layanan cewek SMA itu disebutrnya juga untuk kebutuhan anak-anak itu.

"Dapat Rp 300.000, anak yang Rp 200.000, yang Rp 100.000 bukan saya yang ngambil, tapi juga buat kebutuhan mereka," katanya.

BY juga mengaku tidak pernah memaksa para korbannya untuk dibelikan ponsel.

Tetapi, para korban yang memaksanya untuk dibelikan ponsel.

"Kalau mereka (korban) tidak memaksa dibelikan ponsel, saya tidak belikan. Mereka sendiri yang maksa ingin dibelikan ponsel," ujarnya.

BY mengatakan tidak pernah mencari korban, tapi para korban sendiri yang datang ke tempat kosnya di wilayah Sananwetan, Kota Blitar.

Halaman
123
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved