Berita Malang Hari Ini
Rahasia Pengemis Kota Batu Raup 18 Juta/Bulan, Bangun Rumah di Kampung dan Gonta-ganti Motor
Rahasia pengemis Kota Batu raup penghasilan 18 juta/bulan, bangun rumah di kampung dan gonta-ganti motor
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, MALANG - Penghasilan fantastis pengemis Kota Batu jadi contoh fenomena kemiskinan di Indonesia.
Mengemis yang dijadikan pekerjaan oleh seorang berinisial T ini membuatnya meraup penghasilan hingga Rp 18 juta per bulan.
Paling sepi, pengemis yang biasa mangkal di depan Pom Bensin, Jl Pangeran Diponegoro ini mendapat Rp 300 ribu.
Sedangkan saat ramai, T mampu mendapatkan penghasilan rata-rata Rp 1 juta hingga Rp 600 ribu per hari atau Rp 18 juta per bulan.
Dari penghasilannya itu, T mampu membangun sebuah rumah di kampung halamannya.
T juga gonta-ganti sepeda motor yang dikendarai oleh orang lain untuk menjemput dan mengantarkannya.
Lantas, apa rahasia T mengemis hingga mampu menghasilkan puluhan juta per bulan:
1. Kota Batu lahan basah

• TKI atau Pekerja Migran asal Kota Batu Mulai Berdatangan, Pemkot Jemput Hingga Sediakan Karantina
Saat ditemui di lokasi, T mengaku berasal dari Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.
T tahu betul titik strategis untuk mengemis dan Kota Batu baginya adalah pilihan tepat.
"Kota Batu adalah lahan basah untuk meminta-minta,” kata T kepada SURYAMALANG.COM.
2. Seorang difabel

• Sosok Mutoharoh Wanita Sebar Rp 100 Juta Viral di TikTok, Ternyata Warga Pakis Malang Asal Lamongan
Kondisi fisik yang terbatas jadi kekurangan sekaligus kelebihan yang dipergunakan T untuk mendapat rezeki dan menuai simpati orang lain.
T adalah orang difabel. Ia menggunakan kakinya untuk beraktivitas seperti makan dan minum.
T dibantu oleh seorang rekan yang menjemput dan mengantar dirinya pulang ke rumah kost-kostan di kawasan Kauman, Kota Batu.
Dikatakannya, harga sewa kamar kost adalah Rp 500 ribu per bulan.
"Saya sudah lima tahun di Kota Batu. Saya mangkal di Karangploso dulu, tapi penghasilannya sedikit, jadi pindah ke Kota Batu,” katanya.
3. Sekali mengemis Rp 300 ribu

Seorang warga sekitar yang tidak ingin disebutkan namanya menguatkan apa yang diceritakan T.
Dalam sehari, T mendapatkan rupiah rata-rata RP 600 ribu.
Bahkan warga ini sering melihat T dan rekannya yang menjemput menghitung pendapatan hasil mengemis.
"Sering mendapat sejuta, Rp 400 ribu. Paling sedikit Rp 300 ribu, yang paling sering Rp 600 per hari. Apalagi kalau ada orang Tionghoa, sekali ngasih bisa sampai RP 300 ribu," paparnya.
4. Gonta-ganti motor

• Syarat Salat Idul Fitri di Masjid dan Lapangan di Kota Malang, Dilarang Ada Kotak Amal Berjalan
T juga pernah memiliki sepeda motor Honda Beat. Lalu dijual dan berganti menjadi Honda Vario terbaru.
"Kadang-kadang pulang pukul 18.30 wib pulang. Kalau bulan Ramadan pulangnya agak malam sedikit, pukul 20.00 wib,” paparnya.
Menjelang Ramadan, Kota Batu banyak diserbu oleh para pengemis.
Para pengemis ini kebanyakan berasal dari luar kota.
- Pengemis lain juga hijrah ke Kota Batu
Bukan hanya T yang melihat besarnya peluang mengemis di Kota Batu, sebelumnya, Surya melaporkan ada satu orang keluarga pengemis yang mangkal di perempatan BCA.
Hafid asal Kabupaten Situbondo, mengajak istrinya yang sedang sakit.
Istrinya, yang tidak mau menyebutkan nama, duduk bersila dengan telapak kaki diperban pada bagian kanan.
Keluarga itu sudah dua bulan berada di Kota Batu. Ia berencana pulang ke Kabupaten Situbondo sepekan setelah Lebaran.
“Setelah Lebaran ketupat pulang ke Situbondo,” kata Hafid.
Penghasilan yang didapat juga tidak sedikit.
Meski ia tidak menyebutkan angka, namun Hafid mengatakan kalau ia harus membayar uang kost sebanyak Rp 600 ribu per bulan.
Hafid sengaja meninggalkan kampung halamannya dengan alasan susah mencari pekerjaan di sana.
Ia pun datang ke Kota Batu dan mengaku menyewa tempat tinggal dengan tarif Rp 600 ribu per bulan.
“Saya tidak punya keluarga di sini,” katanya lagi.

Sementara itu, Kasi Pelayanan Rehabilitasi Tuna Sosial dan Advokasi, Dinas Sosial Batu, Hartono menjelaskan ada 13 gepeng yang terjaring dalam razia sejak Januari lalu.
Mereka yang terjaring razia mendapat pembinaan.
"Empat bulan terakhir ini secara berkala melakukan penjaringan bersama Satpol PP. Setelah diamankan mereka langsung dikirim ke Panti Rehabilitasi Sosial milik Pemprov Jatim yang ada di Surabaya untuk menjalani pembinaan. Setelah itu, mereka dipulangkan,” kata Hartono.
Diakui Hartono, para gepeng yang datang ke Kota Batu berasal dari luar daerah.
Mereka malu bila menjadi gepeng di daerahnya.
Maka dari itu, mereka memilih tempat yang jauh dari kampung halamannya.
"Data tahun 2021 ada 13 gepeng sebelumnya tahun 2020 lalu kami telah menjaring 70 gepeng. Kebanyakan dari luar kota,” imbuh dia.
Dinsos Batu tengah menggodok Ranperda Penyelenggaraan Trantibum dan Perlindungan Masyarakat sehingga ada payung hukum jelas bagi pelanggar, baik penerima maupun pembeli.
"Setiap Ramadan hadirnya gepeng musiman akan lebih banyak,” pungkasnya.
Reporter: Benni Indo/Penulis: Sarah Elnyora.
Ikuti berita pengemis kaya, pengemis, berita Malang dan Kota Batu lainnya.