Wawancara Eksklusif

Video Wawancara Eksklusif dr IDG Nalendra Djaya Soal Temuan Varian Baru Covid-19 di Jatim

Sebanyak dua pekerja migran asal Sampang dan Jember telah terpapar varian baru covid-19.

Penulis: Nuraini Faiq | Editor: isy
saiful sholichfudin/suryamalang.com
Wawancara Eksklusif News Director Tribun Network sekaligus Pemred Harian Surya Febby Mahendra Putra (paling kanan) dengan Kepala RS Lapangan Indrapura (RSKI) Laksma Dr dr I Dewa Gede Nalendra Djaya Iswara SpB Sp BTKV (kedua kanan), dr Fauqa Arinil Aulia SpPK selaku Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) RSLI (ketiga kanan) dan Rahardian Jadid Ketua Relawan Pendamping Program Pendampingan Keluarga Covid-19 (paling kiri) di RS Lapangan Indrapura Surabaya, Kamis (20/5/2021). 

Febby: Apa pelajaran dari munculnya covid varian baru ini?

Nalendra: Semua harus meningkatkan kewaspadaan. Tak bisa meremehkan hal sepele. Kita harus lebih aware dan memberikan perhatian lebih kepada orang yang bepergian ke luar negeri. Jangan sampai kita kecolongan sehingga mereka pulang membawa virus mutan. Meski begitu tidak perlu ketakutan dan panik. Sedini mungkin harus mendapatkan penanganan. Jangan remehkan gejala kecil. Ini kuncinya. Jika ditangani dini kesembuhan mencapai 98 persen.

Febby: Bukankah sudah ada vaksinasi?

Nalendra: Saya sampaikan bahwa vaksinasi belum bisa menyelesaikan semua persoalan. Namun langkah ini diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Di India misalnya warga merasa aman karena sudah vaksin. Lalu mereka euforia. Virus menyesuaikan lagi.

Saatnya kita hidup berdampingan dengan virus. Bersahabat. Tingkatkan imunitas. Caranya, olahraga teratur, makan yang sehat, jangan mengabaikan hal kecil, dan sedini mungkin mendapatkan penanganan.

Febby: Oya, RSLI juga yang memberikan layanan plus. Selain penanganan medis ada penanganan Psikis juga untuk pasien covid?

Nalendra: Ingat kecemasan bisa menurunkan daya tahan tubuh. Metabolisme tubuh berpengaruh. Biasanya cemas hingga tidak bisa tidur sehingga istirahat terganggu. Makanya kami di RSLI menangani pasien dengan holistik. Medis maupun nonmedis diberikan utuh. Pasien yang sembuh memberi SUPPORT pada pasien lain. Kami ada relawan yang memperhatikan Psikis pasien karena belum

Tentu masyarakat di kampungnya menerima. Termasuk lingkungan kerja.

Febby: Memangnya model penanganan yang bagaimana yang dilakukan RSLI?

Nalendra: Pandemi covid memang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Pasien harus isolasi padahal harua mencari nafkah untuk keluarga. Kami ada tim psikiater dan relawan. Ada bahkan relawan yang mencarikan dana untuk mencukupi keluarganya. Pokoknya Holistik be happy. Penanganan medis dan nonmedis kita tangani. Hasilnya outcome 98 Pengen penembuhannya. Makanya kami menyediakan ventilator dan sentral oksigen. Ternyata ini diperlukan saat semua RS penuh. Pasien yang tidak diterima di RS kami tangani dan sembuh. Dengan kapasitas 400 bed, kami juga didukung para dokter spesialis dan dokter umum. Di manajemen, kami ada TNI Polri dan BPBD.

Febby: Setelah setahun lebih berjalan, bagaimana suka duka melayani RSLI khusus covid?

Nalendra: Saya masih ingat pada Juni 2020 saya dihubungi Menkopolhukam. Kebetulan dia teman satu SMP. Saya kan orang Surabaya, ditanya kondisi dan situasi covid di Jatim. Kami pun bersama Pak Doni Monardo (Kepala BNPB) satu pesawat ke Surabaya. Tingkat kemtian di Jatim harus direm. Kami semua bergerak membangun sistem. Membuat call Center dan memastikan ketersediaan ICU. Semua daerah menyambut dan langsung bertambah 132 RS rujukan covid di Jatim. Saya akhirnya diminta di RSLI. Saya adalah Staf Ahli Kasal waktu itu.

Febby: Bapak kan alumnus Kedokteran Unair, bisa disampaikan hingga bisa jadi perwira tinggi tentara? Anak anak tidak ingin jadi tentara?

Nalendra: Saya Lahir di Surabaya pada 16 Agustus 1963. Sempat SD di Bali sebentar kembali ke Surabaya hingga SMP di Surabaya. SMA di Surabaya dan masuk Kedokteran Unair 1982. Pada 1988 saya masuk TNI AL dari kedokteran. Penempatan pertama jadi dokter di pasukan antiteror. Setiap bencana alam, saya dikirim. Yang paling terkenang saat di Ambon. Menangani bedah dengan peralatan seadanya dan berhasil. Kemudian saya diminta memimpin RS TNI AL di Tanjungpinang. Berikutnya RSAL Mintoharjo Jakarta, dan empat tahun memimpin RSAL dr Ramelan Surabaya. Kemudian diangkat jadi Kadinkes AL dan terakhir menjadi Staf Ahli Kasal Bidanf Ekojemen.

Dua anak saya, cowok enggan jadi tentara. Anak kedua cewek Kedokteran Unair.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved