Berita Malang Hari Ini

Dosen Universitas Muhammadiyah Malang Diangkat Jadi Fellow di Islam and Liberty Network

Pradana Boy ZTF, kader muda Muhammadiyah Jatim, akademisi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sekaligus Direktur Bait al-Hikmah Foundation Malang

Penulis: sulvi sofiana | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM
Pradana Boy ZTF, akademisi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). 

Anggota konsorsium penelitian yang didanai Uni Eropa adalah para guru besar dan sarjana kenamaan dari berbagai negara di Asia dan Eropa.

Di bawah koordinasi European University Institute, Florence, Italia, Boy menjadi ketua tim peneliti Indonesia. Dari keanggotaan di konsorsium ini, Boy telah melahirkan sejumlah karya bersama tim.

Salah satu karya itu berjudul Routledge Handbook on the Governance of Religious Diversity yang diterbitkan oleh penerbit terkemuka Routledge di London dan New York. 

Tak hanya itu, Boy dan timnya juga melahirkan karya-karya lain seputar manajemen keragaman beragama dan isu radikalisme di Indonesia dalam berbagai bentuk seperti laporan penelitian, policy brief atau artikel jurnal.

Salah satu artikelnya itu terbit di jurnal Religion, State and Society, sebuah jurnal internasional bergengsi terbitan Inggris.

Kiprah global Boy dalam karya ilmiah ini juga dibuktikan dengan penerbitan salah satu bukunya di Belanda. Buku yang diadaptasi dari studi doktoralnya di National University of Singapore (NUS) tersebut diterbitkan oleh Amsterdam University Press di Belanda.

Buku berjudul Fatwa in Indonesia: An Analysis of Dominant Legal Ideas and Mode of Thought of Fatwa-Making Agencies and Their Implications in the Post-New Order Period itu kini menjadi salah satu rujukan penting dalam studi fatwa di Indonesia.

"Penerbitan buku ini mengantarkan saya menjadi bagian dari akademisi global. Sering kali saya mendapatkan kepercayaan untuk me-review artikel-artikel yang akan terbit dalam berbagai jurnal internasional," kenangnya.

Di antara sejumlah jurnal yang pernah mengundang Boy sebagai reviewer adalah Ethnicities (terbitan New Zealand), Asian Studies Review (terbitan Australia), Tamaddun (terbitan Malaysia), dan Manusya, Journal of Humanities (terbitan Thailand). 

Persinggungan dunia aktivisme dan akademik kadang tidak bisa dipisahkan.

Boy juga merasakannya dalam jaringan global lainnya. Pada tahun 2016, ia tergabung dengan King Abdullah bin Abdulaziz Center for Interreligious and Intercultural Dialogue (KAICIID). Lembaga ini merupakan media dialog antaragama dan antarbudaya yang didirikan oleh Kerajaan Saudi Arabia dan kini berbasis di Lisbon, Portugal.

Keterlibatan Boy dalam aktivitas global menjadikannya sadar bahwa dunia ini begitu luas dan begitu banyak hal yang harus dipelajari.

Di balik kesuksesannya hari ini, siapa sangka Pradana Boy adalah anak yang lahir dari Dusun kecil di Kabupaten Lamongan.

"Saya lahir di dusun. Saya ini anak dusun. Saya tidak pernah berpikir akan mengalami pergaulan dan kehidupan yang seperti ini. Jika ini sekarang terjadi dalam hidup saya, sebenarnya, semua hanya karena karunia dari Allah semata," pungkas lelaki kelahiran Lamongan ini.

 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved