Berita Surabaya Hari Ini

5 Fakta Ibu di Surabaya Tewas Digorok, Tangis Pilu Anaknya Pecah Gagal Beri Hadiah Gaji Pertama

Tangis pilu Anton pecah gagal beri hadiah gaji pertama, ibunya tewas digorok secara keji, telat tahu gara-gara lembur kerja.

Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Dyan Rekohadi
Suryamalang.com|Luhur Pambudi/Canva.com
Anton anak korban (kiri), ilustrasi jenazah(kanan). 5 Fakta Ibu di Surabaya tewas digorok, tangis pilu anaknya pecah gagal beri hadiah gaji pertama 

SURYAMALANG.COM, - Berikut 5 fakta ibu di Surabaya tewas digorok hingga leher nyaris putus pada Kamis (2/2/2023). 

Tewasnya korban bernama Pasri berusia 52 tahun itu diiringi tangis putra bungsunya, Anton yang berusia 23 tahun. 

Anton menangis pilu meratapi kepergian ibunya dengan cara tragis sekaligus gagal memberi hadiah gaji pertama. 

Lebih memilukan lagi, Anton terlambat mengetahui kabar kematian ibunya. 

Pasri ditemukan tewas pada Kamis malam di kontrakannya, Jalan Simo Gunung Barat Tol Gang 2, Suko Manunggal, Surabaya

Sedangkan Anton baru mendengar kabar duka itu setelah pulang kerja lembur di pabrik kawasan Tandes, Surabaya

Selama itu pula Anton tidak tahu jika ibunya menjadi korban kebrutalan pembunuh kejam. 

Berikut 5 fakta kematian Pasri, Ibu di Surabaya yang tewas digorok:

1. Penemuan Korban 

Anton (23), anak kedua Pasri (52) yang lehernya tergorok nyaris putus, terlambat mengetahui kematian ibunya. Ia terlihat sangat sedih saat pulang ke rumah kontrakan orangtuanya itu Jalan Simo Gunung Barat Tol Gang 2, Suko Manunggal, Surabaya, Kamis (2/2/2023) malam. 
Anton (23), anak kedua Pasri (52) yang lehernya tergorok nyaris putus, terlambat mengetahui kematian ibunya. Ia terlihat sangat sedih saat pulang ke rumah kontrakan orangtuanya itu Jalan Simo Gunung Barat Tol Gang 2, Suko Manunggal, Surabaya, Kamis (2/2/2023) malam.  (luhur pambudi)

Korban pertama kali ditemukan oleh Suharsono sang suami sepulang bekerja, sekitar pukul 15.30 WIB. 

Setelah itu, Tim Inafis Polrestabes Surabaya  melakukan olah TKP sejak tiba di lokasi sekitar pukul 16.00 WIB, hingga pukul 19.00 WIB.

Sedangkan, jenazah korban akhirnya dievakuasi oleh tim medis, sekitar pukul 17.30 WIB. 

Di dalam rumah, Suharsono hanya tinggal bersama Pasri, istrinya dan anak bungsunya Anton (23) yang bekerja sebagai karyawan pabrik.

Lalu benda yang diketahui hilang bersamaan tewasnya Pasri adalah salah satu anting di telinga korban, dan pisau dari dalam dapur. 

Luas rumah kontrakan Pasri itu kira-kira berukuran sekitar 3 m x 7 m. 

Suharsono sudah tinggal di kontrakan tersebut, bersama istri dan anak-anaknya sejak 30 tahun lalu. 

Lalu anak sulung perempuan menikah dan memilih indekos terpisah di kawasan kecamatan lain, sejak setahun lalu. 

2. Anton Terlambat Tahu

Anton, anak bungsu Pasri terlambat mengetahui kondisi ibunya karena kerja lembur di pabrik. 

Padahal hari itu, pemuda kurus tegap berkulit putih itu hendak menghadiahi ibunya uang gajian bulan Februari ini.

Tetangga dan anggota kepolisian sudah coba menghubungi Anton sejak sore, namun kesulitan. 

"Dari tadi ponselnya sulit ditelepon. Ternyata memang belum pulang. Padahal kondisi ibunya begini," ujar tetangga korban, Cipto, kepada awak media di lokasi kejadian

Lantas warga baru ingat, orang tua Anton pernah berujar kepada tetangga jika anaknya tidak pulang sebelum pukul 17.00 WIB. 

Warga yang menyadari hal tersebut menduga kuat ponsel Anton tidak sedang dalam genggamannya. 

Melainkan, sedang disimpan dalam loker hingga jam lembur Anton rampung. 

Beruntung ada kabar yang menyebut Anton sudah berada di kantor polisi 

"Alhamdulillah ternyata Anton sudah di Polsek Sukomanunggal sekarang," pungkas Cipto. 

3. Anton Dibawa ke TKP

Tak lama kemudian, sekitar pukul 21.20 WIB, Anton akhirnya pulang ke rumahnya yang juga lokasi sang ibu tewas. 

Anton datang dengan dibonceng salah seorang anggota Tim Resmob Satreskrim Polrestabes Surabaya yang berpakaian sipil. 

Menurut beberapa anggota yang enggan menyebutkan nama, Mereka sengaja mengantar sejenak Anton untuk melihat TKP. 

Anggota kepolisian lalu membuka sejenak tali batas polisi yang bergelayutan di beberapa sudut depan pintu kontrakan korban. 

4. Tangis Anton Pecah 

Setelah Anton membuka gembok pengunci pintu rumahnya yang berbahan kayu triplek itu, pemuda ini pun masuk. 

Di situlah Anton yang semula tampan tegap, jatuh memeluk kain di dekat kasur area depan kamar, seraya menjerit lirih. 

Tangis Anton pecah dan samar-samar teriakan dalam tangisnya itu menyeruak keluar dari ventilasi sisi depan rumah kontrakan. 

Sayangnya, lensa kamera awak media yang standby dari halaman teras depan, terhalang permukaan pintu rumah tersebut. 

Kemudian beberapa anggota kepolisian di belakang Anton menutup pintu tersebut. 

"Kami antar aja ke rumah, kasihan barusan kerja belum tahu (kondisi rumah dan ibunya)," ujar seorang anggota kepolisian yang enggan disebutkan namanya. 

5. Hadiah Gaji untuk Ibu 

Sambil Anton melihat kondisi TKP di rumahnya, anggota kepolisian tersebut berujar nasib Anton sangat malang. 

Anton baru saja memperoleh gaji bulan ini yang akan menjadi hadiah untuk sang ibu sepulang bekerja lembur. 

"Padahal baru gajian, maksudnya mau dikasih ke ibunya tadi. Ini anak paling kesayangan," pungkasnya. 

Sekitar 10 menit, Anton melepas rindu di sela hancurnya perasaan meratapi kepergian sang ibu dengan cara tragis. 

Lalu, Anton keluar dari rumah diikuti oleh semua anggota kepolisian.

Polisi kembali mengantar Anton ke Mapolsek Suko Manunggal untuk menjalani pemeriksaan demi proses penyelidikan kasus tersebut. 

Update berita terbaru di Google News SURYAMALANG.com 

(Luhur Pambudi)

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved