Berita Tulungagung Hari Ini

Hutan Tulungagung Jadi Ladang Jagung Rawan Banjir, Apa Tanggung Jawab Perhutani?

Hutan Tulungagung jadi hamparan ladang jagung yang rawan banjir. Apa tanggung jawab Perhutani?

Penulis: David Yohanes | Editor: Yuli A
david yohanes
Hutan Tulungagung jadi hamparan ladang jagung yang rawan banjir. 

SURYAMALANG.COM, TULUNGAGUNG - Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Tulungagung menanam pohon di tepi Jalur Lintas Selatan (JLS) Desa Ngrejo Kecamatan Tanggunggunung, Selasa (7/2/2023).

Di lokasi ini, sepanjang mata memandang hanya terlihat tanaman jagung dan tidak ada pepohonan keras.

Padahal kawasan pegunungan ini dulunya adalah hutan belantara yang terpelihara.

Apa tanggung jawab Perhutani?

Kepala Perhutani KPH Blitar, Teguh Jati Waluyo, tanaman jagung ini bagian dari program Perhutanan Sosial.

“Jadi Perhutanan Sosial, pemanfaatan hutan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Contohnya seperti ini,” alasannya saat ditemui di lokasi acara tanam pohon.

Dia menyebut, kondisi hutan yang gundul ini juga dampak dari penjarahan besar-besaran di tahun 1998. Itu berarti 24 tahun silam tapi sampai sekarang juga tidak ada pepohonan tinggi.

Saat itu kondisi politik Indonesia sedang tidak kondusif, hingga terjadi penjarahan hutan.

Karena itu menurut Teguh, kondisi ini tidak bisa disalahkan kepada pihak mana pun.

“Kita tidak bisa menyalahkan siapa pun karena suasana negara saat itu memang seperti itu,” tambahnya.

Teguh menegaskan, sebenarnya sudah ada upaya penanaman pohon keras di antara tanaman jagung.

Namun saat ini tanaman tersebut belum besar sehingga tidak terlihat dari kejauhan.

Menurutnya, PKH Blitar mencoba dapatkan anggaran dari pusat berupa Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL,).

“Apalagi ini (JLS) adalah proyek strategis nasional. Pusat harus hadir dalam pengelolaan hutan, salah satunya lewat RHL,” terang Teguh.

PKH Blitar sudah merealisasikan penanaman pohon di lahan seluas 1.300 hektar.

Total ada 6.200 hektar lahan, sehingga pihaknya berpacu untuk mempercepat rehabilitas.

“Prioritas kami di tepi laut untuk amankan intrusi air laut. Lalu di tepi proyek strategis nasional ini, untuk mendukung, JLS ini bisa bertahan 50 tahun sebelum perawatan berikutnya,” tegas Teguh.

Teguh juga menyatakan, para petani penggarap lahan hutan ini tetap bisa menanam tanaman jagung.

Namun diharapkan mereka juga menanam tanaman buah, agar ada hasil yang diharapkan selain jagung.

Sebelumnya Bupati Tulungagung mengeluhkan rusaknya hutan di pegunungan Tulungagung selatan.

Kawasan hutan kini berubah menjadi hamparan tanaman jagung sejauh mata memandang.

Setiap kali hujan, air dari pegunungan turun ke permukiman warga dengan membawa material lumpur.

Banjir dari permukiman ini menimbulkan kesengsaraan warga di dataran rendah, karena rumah mereka dikepung banjir lumpur.

Selain itu infrastruktur seperti jalan dan saluran irigasi juga banyak yang rusak.

Bahkan dampak kerusakan infrastruktur dan penderitaan warga dinilai lebih besar dari hasil dibanding keuntungan menanam jagung di kawasan hutan. 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved