Berita Malang Hari Ini

Dosen UIN Malang, Dr Samsul Ma'arif Terpilih Sebagai Lulusan Terbaik Program S3 Unisma

Dr Samsul Ma'arif, dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang meraih predikat wisudawan terbaik jenjang S3 di Universitas Islam Malang (Unisma).

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: rahadian bagus priambodo
suryamalang/sylvi
Dr Samsul Ma'arif, dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang meraih predikat wisudawan terbaik jenjang S3 di Universitas Islam Malang (Unisma). Ia akan diwisuda pada Sabtu (25/2/2023). IPK-nya 3,90. 

SURYAMALANG.COM|MALANG -Dr Samsul Ma'arif, dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang meraih predikat wisudawan terbaik jenjang S3 di Universitas Islam Malang (Unisma).

Ia akan diwisuda pada Sabtu (25/2/2023). IPK-nya 3,90. "Sejak lulus S1,S2 dan S3, saya selalu cumlaude. Tapi menjadi lulusan terbaik baru di S3 ini," kata Samsul pada wartawan, Jumat (24/2/2023). 

S1-nya diselesaikan di Universitas Negeri Malang di prodi Pendidikan Bahasa Arab. S2-nya diselesaikan di UIN Malang di Pendidikan Bahasa Arab. S3-nya "nylentang" di Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan mendapat beasiswa dari Kemenag untuk program 5000 doktor pada 2019.

 "Saya sebenarnya ingin mengambil prodi yang linier yaitu S3 Pendidikan Bahasa Arab. Tapi untuk mendapat beasiswa S3 sudah lima kali gagal," jawabnya.

Akhirnya ia istiqoroh untuk mengambil pendidikan S3 yang bisa ia jalani dengan ontime yaitu di PAI. Hebatnya, sejak S1, S2 dan S3, pendidikannya diselesaikan setiap jenjangnya enam semester.

Ia menjadi dosen di UIN Malang sejak 2009 hingga sekarang. Ceritanya, usai lulus S1, ia melamar pekerjaan di 25 sekolah namun tidak ada yang diterima. "Sampai sekarang, berkas lamarannya masih saya simpan," ujarnya. Akhirnya ia meneruskan S2 di UIN Malang karena ikut-ikutan teman.

"Saat itu ternyata ada seleksi dosen di UIN. Saya ikut dengan ijazah S1 dibolehkan asal sudah on going di jenjang S2," kata dia. Disertasinya berjudul "Implementasi Pendidikan Islam Multikultural Sebagai Basis Pembentukan Karakter Santri (Studi Fenomenologi) di Pesantren Mahasiswa Al Hikam Malang. 

Dalam penelitiannya ditemukan tiga hal. Pertama, di Pesantren Mahasiswa Al Hikam, ada nilai-nilai pendidikan islam multikultural yang dijadikan pembentukan karakter ada 11. Antara lain tauhid, taaruf, nilai keadilan, musyawarah, menghormati pendapat orang lain dan lain-lain. 

Kesebelas nilai-nilai ini adalah upaya pembentukan ruhul mahad al-Hikam Malang yaitu ikhlas dalam beramal, jujur dalam bersikap, sederhana dalam hidup, santun dalam bergaul, mandiri dalam berusaha dan berjuang bersama-sama. 

Kedua, ada teori human element dan non human element. Kedua faktor itu beriringan dengan pendidikan di pesantren mahasiswa. Para santrinya adalah mahasiswa berbagai perguruan tinggi. "Karena mereka juga santri, mereka memegang lima definisi santri," katanya. 

Yaitu berjalan di jalan Allah dan selalu berjalan di hal-hal baik saja, harus mampu menjadi ustadnya, dan seorang santri menjauhi maksiat lahir batin dan mencari ridhlo Allah dan selalu berprasangka baik pada Allah pada apa yang terjadi.

Ketiga, model pendekatan humanis approach ini diharapkan bisa menghasilkan output santri yang tidak mempertentangkan antara nilai agama dan kemanusiaan.

"Tapi justru menemukan simpul-simpul baru yang memperkokoh hubungan agama dan kemanusiaan," katanya. Setiap mahasiswa yang akan mondok di pesantren itu akan menjalani masa taaruf atau masa orientasi disana. Sehingga diterangkan tentang sejarah penggagas Al Hikam almarhum KH Hasyim Muzadi.

"Serta menampilkan ahlak-ahlak beliau yang terpuji yang bisa jadi inpirasi dari para santri," jelasnya.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved