Berita Trenggalek Hari Ini

Kisah Inspiratif, Pria Lulusan SMP di Trenggalek Mampu Lahirkan Puluhan Teknologi Tepat Guna

Edy Susanto (41) tak pernah merasakan bangku kuliah, keterbatasan ekonomi menjadi alasan dirinya harus puas mendapatkan pendidikan hingga tingkat SMP

Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: rahadian bagus priambodo
surya.co.id/sofyan arif candra
Edy Susanto (41) Warga Desa Karangrejo, Kecamatan Kampak, Kabupaten Trenggalek Kreasikan Teknologi Tepat Guna Alat Penggoreng Alen-alen Semi Otomatis. 

"Setelah itu produsen alen-alen lainnya memang pesan. Karena hitung-hitungannya sudah ketemu, mengerjakan pesanan selanjutnya lebih gampang," lanjut lulusan SMPN 1 Kampak, Trenggalek ini.

Dalam mengerjakan pesanan, Gempo tak pernah meminta uang muka atau DP. Ia hanya mau dibayar saat alat yang ia buat sudah benar-benar berhasil dan bekerja sesuai keinginan pemesan. 

Hal tersebut ia terapkan sampai saat ini. Padahal jika dihitung modal awal untuk membuat pesanan tersebut tidak sedikit.

Terbaru, ia menyelesaikan pesanan satu set penggorengan alen-alen lengkap, mulai dari tungku, wajan penggorengan, hingga alat pengaduk senilai Rp 30 juta.

Tak hanya itu, sebelumnya ia juga menyelesaikan pesanan 11 unit pemotong tempe sagu dari Dusun Kranding, Desa Bendorejo, Kecamatan Pogalan, Trenggalek.

"Satu alat itu harganya Rp 5 juta," tambah Gempo.

Alat tersebut ia buat untuk memenuhi seorang pemesan. Setelah beberapa kali percobaan, ia berhasil membuat alat pemotong tempe sagu tersebut, dan barulah ia mau menerima upah yang dijanjikan di awal.

"Teman pembuat tempe sagu yang lain ternyata tahu ada alat pemotong seperti itu, lalu pesan bersama-sama hingga totalnya 11 unit," jelas Gempo.

Hobi gempo dalam modifikasi alat mekanik berawal saat ia bekerja di sebuah sawmill atau tempat penggergajian kayu.

Ia acap kali disuruh atasannya untuk memperbaiki alat yang rusak ke bengkel. Di situ lah ia mengamati teknik las dan juga berbagai teknik bubut.

"Saya lalu minta bos saya untuk belikan mesin las. Membayarnya dipotong gaji saya setiap bulan, sampai lunas," ucap Gempo.

Tak bertahan lama di sawmill, ia bekerja kesana-kemari hingga merantau ke Kalimantan dan Sumatera. Namun hanya bertahan beberapa bulan ia pulang pergi ke Trenggalek.

Hingga akhirnya ia memutuskan untuk mencari nafkah sebagai pemecah batu untuk bahan material bangunan.

Pengalamannya bekerja di berbagai tempat membuat Gempo berhasil memodifikasi alat pemecah batu manual menjadi semi otomatis menggunakan tenaga diesel.

Ia juga memodifikasi gerobak tenaga mesin yang digunakan untuk mengangkut batu menggantikan tenaga manusia.

Halaman
123
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved